Laba Bersih Bank Permata Meroket 130% pada Triwulan I 2019

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Dua wanita teller PT Bank Permata Tbk di kawasan World Trade Center 2, Sudirman,  Jakarta Selatan (18/3).
Penulis: Ihya Ulum Aldin
23/4/2019, 18.46 WIB

PT Bank Permata Tbk (Bank Permata) berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 377 miliar pada triwulan I-2019. Artinya, laba bersih Bank Permata meroket 130,6% dibanding capaian laba bersih periode yang sama tahun lalu, yang sebesar Rp 163,6 miliar.

Direktur Utama Bank Permata Ridha DM Wirakusumah mengatakan, peningkatan laba bersih Bank Permata salah satunya didorong oleh peningkatan kualitas kredit yang tercermin dari rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) yang membaik, sehingga mampu mendongkrak laba operasional.

Bank Permata berhasil memperbaiki kualitas kreditnya pada triwulan I-2019 ini, terlihat dari rasio NPL yang membaik dimana NPL gross berada di level 3,8% turun dari 4,6% pada periode yang sama tahun lalu. Sedangkan NPL neto juga membaik dari 1,7% menjadi 1,6%.

"Seluruh pencapaian ini menjadi pondasi yang penting untuk pertumbuhan berkelanjutan ke depannya," kata Ridha di kantornya, Selasa (23/4).

(Baca: Finalisasi Due Diligence Akusisi Bank Permata, Saham Bank Mandiri Naik)

Perbaikan kualitas kredit membuat Bank Permata mampu menurunkan kebutuhan biaya pencadangan hingga 71% menjadi Rp 113 miliar, jauh lebih kecil dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 465 miliar. Salah satu upaya Bank Permata memperbaiki kualitas kredit adalah dengan menyelesaikan kredit-kredit bermasalah.

Direktur Bank Permata Lea Setianti Kusumawijaya menjelaskan, Bank Permata melakukan beberapa upaya untuk membersihkan NPL di antaranya melalui settlement dan hapus buku (write off). Selain itu, ada investor nasabah yang mengambil alih kredit bermasalah. "Write-off triwulan pertama 2019 ini lebih dari Rp 2 triliun," kata Lea.

Sementara itu pertumbuhan penyaluran kredit Bank Permata pada tiga bulan pertama tahun ini hanya sebesar 4,7% menjadi Rp 104,5 triliun dibandingkan dari Rp 99,8 triliun pada tiga bulan pertama 2018. Pertumbuhan kredit ini dikontribusi dari kedua segmen bisnis baik retail banking yang tumbuh 5% dan wholesale banking yang tumbuh sebesar 5%.

Untuk mengimbangi laju kredit ini, Bank Permata juga menjaga pertumbuhan dana, terlihat dari peningkatan dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai 7% secara tahunan. Pertumbuhan DPK terutama didorong oleh deposito yang tumbuh hingga 11%, sedangkan giro dan tabungan masing-masing hanya tumbuh sebesar 2% dan 3%.

(Baca: Astra: Kami Berupaya Benahi Bank Permata Agar Kembali Sehat)

Ridha mengatakan bahwa kedepannya Bank Permata akan lebih memfokuskan pertumbuhan dana murah, yakni giro dan tabungan, untuk menopang pertumbuhan DPK. Pasalnya, kedua sumber dana tersebut merupakan sumber pendanaan yang lebih stabil dan efisien.

Dengan capaian pertumbuhan DPK tersebut, rasio likuiditas (loan to deposit ratio/LDR) Bank Permata berada pada posisi 87% per Maret 2019, relatif stabil dibandingkan posisi LDR per Maret 2018 dan Desember 2018, masing-masing sebesar 89% dan 90%.

Tahun ini, Bank Permata menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 10% hingga 15%. Target pertumbuhan tersebut juga sejalan dengan target penghimpunan DPK yang ditargetkan juga akan tumbuh di kisaran angka tersebut. Sementara itu, NPL bakal dijaga di bawah 4%.

(Baca: Bank Mandiri Dikabarkan Tawar Bank Permata Senilai Rp 1.200 per Saham)

Reporter: Ihya Ulum Aldin