Kuartal III 2018, BCA Cetak Laba Bersih Rp 18,5 Triliun

Donang Wahyu|KATADATA
Petugas penukaran mata uang merapihkan uang yang hendak ditukar dengan mata uang asing di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta.
Penulis: Michael Reily
25/10/2018, 20.41 WIB

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) membukukan laba bersih sebesar Rp 18,5 triliun pada periode Januari-September 2018, tumbuh 9,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kinerja laba bersih ini ditopang oleh pendapatan bunga bersih yang terkerek pertumbuhan kredit BCA.

Wakil Presiden Direktur BCA Eugene K Galbraith mengatakan, secara konsolidasi penyaluran kredit BCA hingga September 2018 meningkat 17,3% menjadi Rp 516 triliun. Pertumbuhan kredit yang tinggi membuat pendapatan bunga bersih (net interest income) perseroan naik 7,7% menjadi Rp 33,36 triliun. Sementara itu, pendapatan non-bunga (non-interest income) perseroan juga melejit 17% menjadi Rp 15,58 triliun.

Eugene menjelaskan, ada peluang usaha serta peningkatan permintaan kredit usaha dari para nasabah sehingga BCA membukukan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kredit korporasi tumbuh paling tinggi, yakni 23,3% secara tahunan menjadi Rp 199,2 triliun, khususnya dari sektor jasa keuangan, telekomunikasi, serta minyak kelapa sawit (CPO).

Kredit komersial dan Usaha Kecil Menengah (UKM) tumbuh 17,6% secara tahunan menjadi Rp 176,4 triliun. Sementara itu, kredit konsumen hanya naik 9% menjadi Rp 139,9 triliun seiring dengan tren kenaikan suku bunga acuan. Pada portofolio kredit konsumen, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) naik 9,4% menjadi Rp 86,3 triliun dan kredit kendaraan bermotor meningkat 7,7% menjadi Rp 41,5 triliun. Outstanding kartu kredit juga tumbuh 10,9% secara tahunan menjadi Rp 12,1 triliun.

Meski kredit BCA tumbuh di atas rata-rata industri yang sebesar 12,6%, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) masih terkendali di level 1,4% pada akhir September 2018. Rasio pencadangan terhadap kredit bermasalah (loan loss coverage) tercatat sebesar 187%.

(Baca: BCA: Serius Biayai Infrastruktur, Porsi Kredit UMKM Sulit Dikerek)

Menjaga Likuiditas

BCA mempertahankan posisi likuiditas dan permodalan yang kokoh dengan rasio kredit terhadap pendanaan (LFR) sebesar 80,9% dan rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 23,2%. Sementara itu, Rasio lntermediasi Makroprudensial (RIM) yang baru diterapkan sebagai penyempurnaan LFR tercatat di level 81,8%. Hal ini menunjukkan BCA masih memiliki ruang untuk mendorong penyaluran kreditnya hingga akhir tahun ini.

Eugene mengatakan, pengumpulan dana pihak ketiga (DPK) BCA naik 6,9% menjadi Rp 613,89 triliun. Untuk meningkatkan porsi dana murah atau CASA, perusahaan memperkuat bisnis inti dalam perbankan transaksi. "CASA meningkat 11,4% secara tahunan menjadi Rp 476,8 triliun," kata Eugene. Porsi CASA mencapai 77,7% per 30 September 2018.

Dalam komposisi CASA, dana giro tumbuh 12,7% menjadi Rp 163,1 triliun sedangkan tabungan naik 10,8% menjadi Rp 313,7 triliun. Adapun dana deposito tercatat sebesar Rp 137,1 triliun atau turun 6,4%. "Meskipun mengalami penurunan, dana deposito kembali mengalami peningkatan sejak Maret 2018 sejalan dengan tren kenaikan suku bunga deposito," ujar Eugene.

(Baca: BCA Kerek Bunga Deposito dan Kredit Masing-masing 25 Bps)

Reporter: Michael Reily