Obligasi Ritel Negara (ORI) seri 015 laku keras seiring tingginya kupon yang ditawarkan pemerintah. Penjualan ORI tersebut sempat memunculkan kekhawatiran bergesernya dana nasabah atau dana pihak ketiga (DPK) sehingga likuiditas bank semakin ketat. Namun, Ekonom meyakini likuiditas bank aman.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menilai yang terjadi hanyalah pergeseran dana dari simpanan publik ke simpanan pemerintah di bank. "Secara likuiditas total tidak berubah, tapi DPK dari publik berkurang diganti dengan DPK dari pihak pemerintah," kata dia kepada Katadata.co.id, beberapa waktu lalu.
Likuiditas milik publik juga akan kembali meningkat setelah pemerintah membelanjakan dana hasil penerbitan ORI015. Meskipun, pasti akan ada jeda dari masa penawaran ORI015 hingga realisasi penggunaan dana ORI015.
(Baca juga: Lewati Target, ORI015 Sudah Laku Terjual Rp 17,6 Triliun)
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual juga menilai likuiditas bank tidak akan terganggu. Sebab, ujungnya, dana hasil penerbitan ORI015 akan dibelanjakan pemerintah. "Walau ada jeda, kan nanti di-spending lagi dananya. Jadi tidak ganggu likuiditas," ujar dia.
Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja mengakui, ORI015 memiliki tingkat bunga yang lebih atraktif sehingga tak aneh apabila dana nasabah bergeser ke instrumen investasi ini. Namun, bagi bank swasta dengan aset terbesar di Indonesia tersebut, likuiditas bank tidak akan lantas terganggu.
"Pertimbangan faktor bunga memang penting (bagi nasabah). Tapi bunga kredit maupun simpanan di bank sekarang juga sudah naik terus. Tahun ini, kami sudah menaikkan bunga deposito sampai lima kali," kata Jahja.
Per Juli 2018 lalu, likuiditas perbankan terpantau masih ketat. Rasio kredit terhadap DPK tercatat berada di level 93,11%. Hal itu seiring dengan pertumbuhan kredit yang lebih cepat dibandingkan pertumbuhan DPK. Pertumbuhan kredit 11,34%, sedangkan DPK 6,91%.
(Baca juga: Likuiditas Bank Ketat, Selisih Kredit & DPK Tersisa Rp 99 T Akhir 2018)
Bila dilihat berdasarkan kategori bank, LDR tertinggi terpantau dialami bank asing dan campuran, yaitu melebihi 100%. Ini artinya, perbankan menyokong kebutuhan likuiditasnya lewat penerbitan obligasi.
Adapun pemerintah menawarkan kupon ORI015 sebesar 8,25%, lebih tinggi dibandingkan dengan ORI014 dan ORI013 yang masing-masing sebesar 5,85% dan 6,6%. Kupon tersebut juga lebih tinggi bila dibandingkan dengan batas atas bunga simpanan rupiah di bank umum yang dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yaitu 6,5%.
Direktur Surat Utang Negara (SUN) Kementerian Keuangan Loto Srinaita Ginting memaparkan, pemerintah telah meningkatkan target penjualan ORI015 dari awalnya sekitar Rp 10 triliun. Hal itu seiring dengan tingginya minat investor. Per Jumat (19/10), penjualan ORI015 sudah mencapai Rp 17,6 triliun kepada 30.355 investor.
Penjualan kemungkinan masih akan terus mengalami kenaikan lantaran masa penawaran yang dimulai pada 4 Oktober lalu baru ditutup pada 25 Oktober mendatang. Masyarakat bisa memesan ORI015 dengan nilai pemesanan minimal Rp 1 juta dan maksimal Rp 3 miliar. Obligasi bertenor tiga tahun tersebut bisa mulai dipindahbukukan pada 15 Desember atau setelah dua periode pembayaran kupon.