Dampak kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) mulai dirasakan oleh perbankan. Tiga bank yang sudah melaporkan kinerja kuartal III 2018 mencatatkan penurunan net interest margin (NIM) sebesar 10 hingga 55 basis poin (bps).

Sejak awal tahun ini, BI telah menaikkan suku bunga acuan 7 Days Repo Rate sebesar 150 bps menjadi 5,75% dalam lima kali kenaikan. Beberapa bank harus menyesuaikan kenaikan suku bunga acuan ini dengan kenaikan suku bunga deposito sementara suku bunga kredit tidak serta-merta naik.

Berdasarkan laporan keuangan, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) mencatat NIM pada kuartal III 2018 sebesar 8,86% atau turun 55 bps dibandingkan kuartal III 2017 sebesar 9,41%. Data tersebut merupakan data NIM BTPN saja (bank only). Jika dihitung secara konsolidasi, NIM BTPN turun 22 bps dari 11,68% menjadi 11,46%.

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga mengalami penurunan NIM sebesar 20 bps dari 5,5% pada kuartal III 2017 menjadi 5,3% pada kuartal III 2018. Hal serupa terlihat pada PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang NIM-nya juga turun 10 bps dari 5,9% menjadi 5,8%.

Manajemen Bank Mandiri menyatakan, NIM tersebut belum memperhitungkan special repayment yang diterima perseroan pada 2016. "Jika disesuaikan pendapatan bunga dengan special repayment pada 2016, NIM pada kuartal III 2018 akan mencapai 6,1%," ujar manajemen Bank Mandiri dalam paparan publik, Selasa (16/10).

Direktur Keuangan Bank Mandiri Panji Irawan mengatakan, tekanan pada NIM terjadi karena perseroan sudah menaikkan suku bunga deposito setelah BI menaikkan suku bunga 7 Days Repo Rate (DRR). "Kami tidak ingin jor-joran di deposito," ujar Panji. Oleh karena itu, ke depan Bank Mandiri akan meningkatkan sumber dana murah berupa tabungan dan giro.

(Baca: Sinyal Hati-hati Perbankan Mengerek Bunga Kredit)

Sementara itu, Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo mengatakan, penurunan NIM yang dialami perusahaan sejalan dengan tren penurunan margin di industri perbankan. BNI juga belum menaikkan bunga kredit meskipun BI sudah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 5 kali menjadi 5,75%.

Tahun ini, BNI akan menjaga NIM di kisaran 5,3%-5,4% sedangkan tahun depan NIM diprediksi berada di 5,3%. Pasalnya, BI diperkirakan masih akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 3 kali pada 2019 sehingga NIM BNI lebih rendah.

"Kami mau menjaga kualitas kredit dan menekan cost agar target bottom line bisa tercapai. Ini tak lepas dari bunga acuan," kata Anggoro dalam konferensi pers, di Jakarta, Kamis (18/10).

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebelumnya telah memprediksi tekanan terhadap NIM perbankan ini. Menurut data LPS, sejak April 2018 bank kategori BUKU III dan BUKU IV rata-rata menaikkan suku bunga deposito masing-masing sebesar 94 bps dan 119 bps.

Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah mengatakan, NIM perbankan cenderung turun karena bunga deposito bank naik lebih dulu dibandingkan dengan bunga kredit. Namun, ada faktor lain yang akan berpengaruh terhadap NIM, misalnya biaya dana (cost of fund) perbankan dan pertumbuhan kredit. Jika perbankan bisa mendapatkan dana murah lebih banyak, NIM bisa dijaga agar lebih stabil. Begitu pula dengan pertumbuhan kredit yang tinggi akan mampu mengimbangi tekanan terhadap NIM.

(Baca: LPS: Pertumbuhan Simpanan di Bank Tahun Ini Melambat)

Reporter: Ihya Ulum Aldin, Ameidyo Daud Nasution