Sumitomo Mitsui Banking Corporation berencana menggabungkan (merger) PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI). Bila aksi korporasi tersebut terlaksana, bank hasil merger berpotensi masuk jajaran 10 besar bank beraset tertinggi di Indonesia.

Surat resmi dari Sumitomo Mitsui Banking Corporation mengenai rencana merger tersebut sudah diterima BTPN pada 25 Januari 2018. Direktur Kepatuhan BTPN Anika Faisal menyambut positif rencana tersebut sebab kedua bank memiliki fokus bisnis yang berbeda sehingga bisa saling melengkapi.

“SMBCI pure corporate bank, sementara kami retail. Bisa dibilang klop, saling melengkapi karena memang yang satu (SMBCI) bermain di pasar yang atas, yang satu (BTPN) bermain di pasar yang lebih luas, jadi besar dan luas," kata Anika di Penang Bistro, Jakarta, Senin (29/1). (Baca juga: Transformasi ke Bank Digital, BTPN Tawari Karyawan Pensiun Sukarela)

Di sisi lain, kekuatan BTPN dalam soal layanan digital akan digunakan untuk memperkuat bisnis kedua bank pasca merger. Dalam beberapa tahun ini, BTPN berinvestasi besar dalam pengembangan layanan digital. Pada 2016, bank meluncurkan aplikasi Jenius yang memungkinkan nasabah membuka rekening bank dan mengelola keuangan dari ponsel.

"Kami tetap fokus. (Platform) Jenius, kami akan terus perbaiki. Kami kembangkan produk-produknya. Tentunya, akan ada promo-promo, marketing-marketingfeature-feature yang akan kami kembangkan," kata Anika.

Meski begitu, rencana merger masih menunggu persetujuan OJK. Anika berharap OJK bisa segera memberikan restunya sehingga prosesnya bisa segera dimulai. Apalagi, rencana merger tersebut sejalan dengan arahan OJK yaitu konsolidasi perbankan agar bisnis lebih efisien.

Adapun proses merger kemungkinan bakal memakan waktu yang panjang lantaran banyak tahapan yang harus dilalui, termasuk valuasi untuk memperhitungkan komposisi kepemilikan saham. Saat ini, Sumitomo Mitsui Banking Corporation tercatat sebagai pemegang saham pengendali di BTPN dengan porsi kepemilikan sebesar 40% dan pemegang saham mayoritas di SMBCI dengan porsi kepemilikan sebesar 98,48%.

"Prosesnya banyak. Tentunya kami ingin kalau bisa sesegera mungkin. Namun, berapa lamanya itu termasuk yang harus di-assest," ucap Anika.

Mengacu pada neraca keuangan per September 2017, bank hasil merger tersebut berpeluang masuk 10 besar bank beraset tertinggi di dalam negeri. Sebab, aset BTPN mencapai Rp 93,78 triliun (konsolidasi), sedangkan SMBCI Rp 68,57 triliun. Jika digabungkan maka total aset Rp 162,35 triliun.

Jumlah tersebut di bawah Bank Maybank Indonesia yang berada di peringkat sembilan dengan aset Rp 169,48 triliun, dan di atas Bank Permata yang berada di peringkat 10 dengan aset sebesar Rp 150,66 triliun. 

Nama BankTotal Aset (Rp triliun)
Bank Mandiri1.078,7
Bank Rakyat Indonesia1.038,67
Bank Central Asia739,88
Bank Negara Indonesia668,21
Bank CIMB Niaga252,13
Bank Tabungan Negara231,93
Bank Pan Indonesia213,11
Bank Danamon173,68
Bank Maybank Indonesia169,48
Bank Permata150,66

Sumber: data publikasi bank di website OJK per September 2017 (diolah)