Setelah sukses menerbitkan obligasi pada November tahun lalu, PT Kereta Api Indonesia (Persero) akan kembali menerbitkannya tahun ini. Rencana penerbitan surat utang senilai Rp 2 triliun ini telah mendapatkan persetujuan pemerintah sebagai pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) hari ini.
Nilai maksimal obligasi yang disetujui pemegang saham lebih rendah dari rencana Kereta Api Indonesia (KAI) sebelumnya, yakni Rp 3 triliun. Direktur Utama Kereta Api Indonesia (KAI) Edi Sukmoro mengatakan meski telah disetujui, pemegang saham masih memberikan beberapa catatan untuk diselesaikan KAI.
"Ada beberapa notes atau syarat seperti keperuntukan, kemudian kapan akan dilakukan, itu masih dievaluasi," ujarnya usai RUPS KAI di Kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rabu (10/1).
(Baca: Rawat Sarana Kereta Api, KAI Dapat Rp 1,3 Triliun dari Kemenhub)
Edi berharap rencana menerbitkan obligasi ini bisa terlaksana secepatnya. Hasil yang didapat dari surat utang ini akan digunakan untuk peremajaan 886 kereta dan penambahan beberapa kereta baru. Targetnya peremajaan dan penambahan kereta baru ini bisa selesai dilakukan sebelum lebaran tahun ini.
Dua bulan KAI juga menerbitkan obligasi senilai Rp 2 triliun yang mayoritas untuk pengembangan proyek kereta bandara. Ini merupakan surat utang yang pertama kali diterbitkan KAI sejak perusahaan tersebut berdiri pada 1945.
Obligasi perdana yang diterbitkan perusahaan pelat merah ini ternyata sangat diminati investor. Direktur Keuangan KAI Didiek Hartantyo mengatakan permintaan obligasi ini mencapai Rp 5,2 triliun atau melebihi 2,5 kali dari nilai yang ditawarkan.
(Baca: Pertama Sejak Berdiri, Obligasi PT KAI Rp 2 Triliun Diserbu Investor)
KAI cukup optimistis kesuksesan yang sama bisa terulang dalam penerbitan obligasi yang kedua tahun ini. Apalagi kinerja keuangan KAI tahun lalu cukup baik. Edi mengungkapkan perusahaannya berhasil membukukan keuntungan bersih sebesar Rp 1,4 triliun berdasarkan laporan keuangan yang belum diaudit.
Jumlah laba ini naik cukup tinggi dibandingkan perolehan tahun sebelumnya yang tercatat hanya sebesar Rp 1 triliun. Dia mengungkapkan angkutan penumpang KAI tahun lalu sudah melebihi 100 persen dari target, meski angkutan barang hanya 91 persen dari target.
"Kalau dilihat, pendapatan penumpang bagus, pendapatan barang, meskipun dalam volume tidak tercapai, tapi rupiahnya juga hampir 100 persen," ujar Edi.
Meski perolehan laba tahun lalu meningkat hingga 40 persen, tahun ini KAI menargetkan pertumbuhannya lebih rendah. Edi mengungkapkan target laba tahun ini sebesar Rp 1,7 triliun atau meningkat hanya 21 persen dari tahun lalu.