Bank Indonesia (BI), Bank Negara Malaysia (BNM), dan Bank of Thailand (BoT) menyepakati kerja sama penggunaan mata uang lokal (local currency settlement framework) untuk transaksi dagang antarnegara tersebut. Peluncuran kerja sama ini merupakan tindak lanjut dari penandatanganan nota kesepahaman bilateral antara bank sentral dari tiga negara jiran tersebut.
Ketiga bank sentral sepakat bekerja sama mendorong perdagangan bilateral dan investasi dalam mata uang lokal atau local currency settlement.
"Malaysia dan Thailand sudah lebih awal dari kami. Akan lebih baik kalau kami lakukan ini (juga). Maka transaksi mata uang atau ekspor-impor Indonesia akan lebih beragam. Biaya akan lebih efisien bagi pelaku dan tentu ini hal ini akan jadi pendalaman pasar Indonesia," tutur Gubernur BI Agus DW. Martowardojo, di kantornya, Jakarta, Senin (11/12).
(Baca: Aturan BI: Transaksi dengan Malaysia & Thailand Pakai Mata Uang Lokal)
Dengan adanya kerja sama ini, Agus memperkirakan penggunaan mata uang lokal untuk proses ini akan meningkat dua kali lipat tahun 2020. "Kami targetkan dalam waktu tiga sampai lima tahun jumlahnya sudah dua kali lipat. Hal ini nanti kami harap dimonitor dan evaluasi," ujar Agus.
Agus mengatakan kerja sama ini akan membuat rupiah lebih stabil. Sebab selama ini hampir 94% ekspor Indonesia, dilakukan dengan menggunakan dolar Amerika Serikat (AS). Sementara nilai impor 78% menggunakan dolar AS. Dengan diversifikasi penggunaan mata uang dalam transaksi dagang ini, diperkirakan akan membantu menstabilkan nilai tukar rupiah.
"Direction yang dilakukan masing-masing negara akan dilakukan oleh kedua negara dan tidak perlu dilakukan dengan currency ketiga. BI melihat stabilitas sistem keuangan yang selama ini terjaga akan lebih terjaga ke depan. Ini harus dimulai dari sekarang untuk membuat ke depan menjaga Indonesia dan negara-negara kawasan di Asia lebih stabil," ujar dia.
(Baca: Dolar Perkasa, Tiga Negara ASEAN Sepakat Pakai Mata Uang Lokal)
Berdasarkan catatan BI, rata-rata tahunan nilai perdagangan Indonesia dengan Malaysia selama 2010-2016 itu mencapai sekitar US$ 19,5 miliar. Angka itu terdiri atas ekspor US$ 9,3 miliar dan impor US$ 10,2 miliar. Rata-rata tahunan perdagangan Indonesia dan Thailand mencapai US$ 15 miliar yang terdiri atas US$ 5,5 miliar untuk ekspor dan US$ 8,5 miliar impor.
Untuk memfasilitasi kerja sama ini, tiga bank sentral telah menunjuk beberapa bank yang dianggap memenuhi kriteria kualifikasi untuk memfasilitasi transaksi bilateral. Bank-bank yang ditunjuk tersebut antara lain memenuhi kriteria sebagai bank yang berdaya tahan dan sehat di setiap negara, memiliki pengalaman dalam memfasilitasi perdagangan antar kedua negara, memiliki hubungan bisnis dengan bank di kedua negara, dan memiliki basis konsumen dan kantor cabang yang luas di negara asal (home country).
(Lihat infografik: BI Perpanjang Bilateral Swap dengan Bank Sentral Korea)
Untuk operasionalisasi framework antara rupiah-ringgit, BI dan bank sentral Malaysia menunjuk enam bank di Indonesia dan lima bank di Malaysia. Bank di Indonesia yang terlibat yakni Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, Bank Central Asia (BCA), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank CIMB Niaga, dan Bank Maybank Indonesia.
Bank yang ditunjuk dari Malaysia, di antaranya adalah CIMB Bank Berhad, Hong Leong Bank Berhad, Malayan Banking Berhad , Public Bank Berhad, dan RHB Bank Berhad.
Adapun kerja sama rupiah-bath, BI dan bank sentral Thailand menunjuk lima bank di Indonesia dan Thailand. Bank di Indonesia yaitu BRI, Bank Mandiri, BNI, BCA, dan Bangkok Bank PCL. Adapun bank di Thailand yakni Bangkok Bank PCL, Bank of Ayudhya PCL , Kasikornbank PCL, Krungthai Bank PCL, Siam Commercial Bank PCL.