PT Bank Central Asia Tbk membukukan laba Rp 16,8 triliun sepanjang Januari-September 2017. Jumlah tersebut meningkat 11,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy). Penopang utama laba perusahaan yaitu pendapatan bunga bersih dari hasil penyaluran kredit.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menuturkan, total penyaluran kredit pada periode ini mencapai Rp 440 triliun atau naik 13,9% (yoy). Kenaikan tersebut lebih tinggi dari target awal yaitu di bawah 10% dan rata-rata industri yaitu 8,3% per Agustus 2017. Sementara itu, pendapatan operasional yang berasal dari pendapatan bunga bersih dan pendapatan lainnya tumbuh 5,2% menjadi Rp 41,7 triliun.
”Bank BCA berhasil membukukan pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga di tengah kondisi bisnis sektor perbankan yang belum sepenuhnya pulih," ujar Jahja saat konferensi pers, di Ballroom Hotel indonesia Kempinski, jakarta, Kamis (26/10). (Baca juga: Raup Rp 20,5 Triliun, BRI Pimpin Perolehan Laba Bank BUMN)
Menurut Jahja, terdapat dua segmen yang menopang pertumbuhan kredit yakni kredit korporasi dan konsumer. Kredit korporasi berkontribusi sebesar Rp 161,5 triliun atau tumbuh 21,2% (yoy). Di sisi lain, kredit konsumer tercatat sebesar Rp 128,3 triliun atau naik 20,6% (yoy).
Secara rinci, kredit konsumer terdiri dari Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Rp 78,8 triliun atau tumbuh 26,8% (yoy), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) Rp 38,5 triliun atau tumbuh 11,4% (yoy), dan kartu kredit Rp 11 triliun atau naik 13,4% (yoy).
Di sisi lain, kredit komersial & Usaha Kecil Menengah (UKM) tercatat hanya tumbuh tipis yaitu 2,4% (yoy) menjadi Rp 150 triliun. (Baca juga: Kolaborasi Fintech dan Bank Akan Genjot Penyaluran Kredit)
Meski penyaluran kredit di atas rata-rata industri, namun rasio kredit seret (Non Performing Loan/NPL) bank tercatat terjaga di level yang rendah yakni 1,5%, jauh di bawah rata-rata NPL industri perbankan yang sebesar 3%. Menurut Jahja, hal ini berkat manajemen risiko bank yang baik.
"Manajemen risiko yang prudent merupakan bagian penting dalam upaya mempertahankan pertumbuhan Iaba yang positif," kata dia.
Adapun cadangan kredit tercatat sebesar Rp 12,8 triliun, meningkat 13,6% dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, rasio cadangan terhadap kredit bermasalah tercatat sebesar 190,8%.
Di sisi lain, likuiditas bank tercatat cukup longgar. Hal itu tercermin dari rasio kredit terhadap pendanaan (LFR) yang sebesar 74,7%. Hal itu seiring dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan kredit.
Dana Pihak Ketiga (DPK) perseroan mencapai Rp 574,4 triliun atau meningkat 16,5% (yoy). Rinciannya, dana deposito sebesar Rp 146,4 triliun atau tumbuh 36% (yoy). Kemudian, dana murah yaitu giro tumbuh 14,7% (yoy) menjadi Rp 144,7 triliun dan tabungan meningkat 9,3% (yoy) menjadi Rp 283,3 triliun.
Seiring positifnya kinerja bank, permodalan terpantau cukup kuat. Hal itu tampak dari rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) yang tebal yaitu mencapai 23,6%.