PT Bank Mandiri (Persero) Tbk membukukan kinerja positif sepanjang Januari-September 2017. Laba bank milik negara ini telah menembus Rp 15,1 triliun atau melonjak 25,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Di sisi lain, rasio kredit bermasalah tercatat menurun.
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan, pertumbuhan laba perseroan pada periode ini ditopang oleh pertumbuhan kredit secara tahunan (year on year/yoy) sebesar 9,8% menjadi Rp 686,2 triliun. Alhasil, aset Bank Mandiri pun ikut terdongkrak menjadi Rp 1.078,7 triliun, tumbuh 10,6% secara tahunan.
"Kinerja Bank Mandiri sudah kembali ke track (jalur) normalnya," kata Kartika saat Konferensi Pers di Auditorium Plaza Mandiri, Jakarta, Selasa (24/10). Ia pun menargetkan pertumbuhan kredit untuk keseluruhan tahun bisa mencapai 9-11% dan laba bisa menyamai pencapaian tahun 2015 yaitu menembus Rp 20 triliun.
(Baca juga: Bank Mandiri Siapkan Bank Mantap Kembangkan Rekening Digital)
Adapun rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) Bank Mandiri tercatat mengalami perbaikan. NPL turun dari 3,81% pada September 2016 menjadi 3,75% pada September 2017. Targetnya, NPL bisa ditekan menjadi 3,5% di akhir tahun ini. (Baca juga: Kredit Seret Turun, BNI Cetak Kenaikan Laba Bersih 31,6%)
Seiring penurunan NPL, biaya pencadangan kerugian kredit pun mengalami penurunan sebesar 23,2% secara tahunan. Di sisi lain, pendapatan operasional mencapai Rp 57,5 triliun atau tumbuh 4,1% secara tahunan. Penopang utamanya, yaitu pendapatan berbasis bunga (fee based income) yang tumbuh 18,4% menjadi Rp 16,8 triliun.
Menurut Direktur Distribusi Bank Mandiri Herry Gunardi, perseroan berhasil mencatatkan kenaikan di seluruh kelompok kredit. Kredit modal kerja tumbuh 3,9% menjadi Rp 321,4 triliun, kredit investasi tumbuh 10,1% menjadi Rp 189,3 triliun, dan kredit konsumer tumbuh 20,6% menjadi Rp 95,2 triliun.
Adapun kredit untuk infrastruktur tercatat tumbuh 11,4% menjadi Rp 132,1 triliun. Kredit tersebut di antaranya mengalir untuk sektor transportasi sebesar Rp 36,4 triliun, tenaga listrik Rp 27,4 triliun, serta migas dan energi terbarukan sebesar Rp 17,2 triliun.
Selain itu, kredit juga mengalir untuk sektor konstruksi sebesar Rp 12,2 triliun, perumahan rakyat dan fasilitas kota sebesar Rp 10,3 triliun, telematika sebesar Rp 9,6 triliun, serta jalan raya dan tol sebesar Rp 9,4 triliun.
"Kami terus mendukung program-program pemerintah baik untuk penguatan ekonomi, maupun untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat," kata Herry. (Baca juga: Tiga Bank BUMN Salurkan Subsidi Pupuk Lewat 8,8 Juta Kartu Tani)
Sementara itu, kredit sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) tercatat mencapai Rp 78,1 yang disalurkan kepada lebih dari 938 ribu nasabah pelaku UMKM. Adapun Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang sudah disalurkan bank mencapai Rp 9,11 triliun atau 70% dari target tahun ini yang sebesar Rp 13 triliun.
Dari sisi likuiditas, Bank Mandiri tercatat membukukan kenaikan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 10,3% menjadi Rp 761,5 triliun. Pertumbuhan tersebut terutama didorong pertumbuhan dana murah sebesar 12,6% menjadi Rp 492,5 triliun. Dengan perkembangan tersebut, rasio dana murah terhadap total DPK menjadi 64,7%. (Baca juga: Bank BUMN Akan Turunkan Bunga Deposito Special Rate Jadi 6,35%)