Aksi jual (nett sell) investor asing di pasar saham dan obligasi Indonesia masih terus berlangsung. Namun, kondisi ini dinilai tidak akan bertahan lama, lantaran sudah dianggap wajar dan sudah menjadi tren yang terjadi menjelang penutupan tahun. Biasanya pada akhir tahun, investor asing akan kembali memenuhi bursa saham dan obligasi dalam negeri.
Deputy Head of Equity Research & Banking Mandiri Sekuritas Tjandra Lienandjaja mengatakan aksi jual yang dilakukan oleh investor asing memang kerap terjadi di bulan September setiap tahunnya. Hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar karena para investor ingin mengambil hasil dari investasi yang dilakukan sejak awal tahun.
Meski begitu, dia memperkirakan kondisi ini tidak akan bertahan lama. Investor asing akan mulai kembali membawa dananya masuk ke pasar saham dan obligasi pada akhir tahun. "Mereka (investor asing) kan melakukan perbaikan portofolionya saja. Akhir tahun akan kembali," ujar Tjandra saat ditemui di Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu (4/10).
(Baca: IHSG Tertekan, IPO Empat Anak Usaha BUMN Bisa Jadi Pendongkrak)
Tjandra menjelaskan ada beberapa risiko yang berpotensi membuat investor asing berpikir dua kali untuk kembali berinvestasi di bursa saham Indonesia. Pertama, kondisi makro ekonomi Indonesia yang harus terus membaik. Kedua, kondisi sosial politik nasional yang juga harus terkendali. Ketiga, risiko dari kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve.
Saat dia melihat kondisi makro ekonomi Indonesia akan tetap tumbuh, situasi sosial politik cenderung terkendali, dan kenaikan suku bunga sudah bisa diantisipasi sebelumnya. Investor asing pun diklaim akan masuk kembali ke Indonesia, karena didorong faktor perkiraan perolehan keuntungan di tahun 2018 mendatang.
"Kami melihat ekonomi Indonesa tidak jelek, masih akan bisa melakukan kenaikan," ujarnya. Adapun, Mandiri Sekuritas memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahu ini sebesar 5,1 persen.
Sementara itu, Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro pemerintah dan korporasi berencana menerbitkan surat utang (obligasi) pada akhir tahun ini. Kemungkinan, obligasi ini masih akan cukup diminati para investor, baik asing maupun lokal. Tren penurunan suku bunga, diprediksi tidak akan berpengaruh besar terhadap minat investor. Karena bunga yang ditawarkan relatif masih menarik, terutama obligasi pemerintah.
(Baca: Ekonom Ingatkan Kepemilikan Asing di Surat Utang Negara Terlalu Tinggi)
Kondisi ini pun akan berlanjut di tahun depan. Andry mengatakan dari sisi indikator makro, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami kenaikan di kuartal akhir tahun ini. Tahun depan pun diharapkan dapat tumbuh lebih baik lagi. Sementara suku bunga acuan diprediksi akan flat di angka 4,25% dan laju inflasi pun relatif rendah.
Dia menyadari bahwa arus dana asing keluar dari pasar obligasi masih ada kemungkinan berlanjut. Namun, dirinya menilai hal itu hanya akan berlangsung sementara. Kondisi ini pun tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap pasar obligasi Indonesia. Alasannya, investor domestik justru masih aktif untuk masuk.
"Dengan supporting (investor) lokal bisa mempertahankan bond yield-nya ini," ujarnya.