ASPI: Pakai Wifi Gratis untuk Transaksi Perbankan Berbahaya

Arief Kamaludin|KATADATA
20/9/2017, 17.45 WIB

Para praktisi di bidang jasa keuangan menilai diperlukan peran aktif nasabah dalam menjaga keamanan transaksi keuangan di era digital. Penggunaan Wireless Fidelity (Wifi) gratis untuk transaksi mobile banking atau internet banking, misalnya, perlu dihindari sebab berisiko disusupi peretas (hacker) yang berniat mencuri data.

Ketua Umum Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) Anggoro Eko Cahyo mengatakan, perkembangan teknologi sekarang ini memungkinkan hacker mencuri data nasabah dengan mudah melalui banyak cara. "Kalau penjahat sudah pegang identitas Anda, bank akan mengira itu Anda. Saran kami kalau anda bertransaksi keuangan seperti bank, jangan gunakan wifi," kata dia dalam Seminar Indonesia Banking Expo (IBEX) di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Rabu (20/9).

Maka itu, menurut dia, kunci keamanan di era digitalisasi layanan perbankan adalah verifikasi baik oleh bank ataupun nasabah. Dari sisi nasabah, yang terutama perlu dijaga baik-baik adalah kode (password).

Selain itu, ia menambahkan, bank juga perlu terus melakukan peningkatan keamanan, termasuk melakukan tes terhadap sistemnya. "Seperti Amazon dan Google itu merekrut ribuan orang untuk meng-hack dirinya sendiri. Untuk ngecek di bagian mana yang lemah?" ujar dia. (Baca juga: Yahoo Diretas, Data dan Password 1 Miliar Akun Bocor)

Sementara itu, Senior Vice President Enterprise Data Management Group Bank Mandiri Mohammad Guntur memandang ada sederet hal yang perlu jadi perhatian bank seiring makin banyaknya nasabah pengguna layanan digital. Hal yang dia maksud di antaranya sistem keamanan, pengawasan selama 24 jam, tindakan yang proaktif, pengelolaan informasi yang viral, Sumber Daya Manusia (SDM), serta edukasi nasabah. (Baca juga: Bank Khawatir Fintech Asing Kuasai Pasar, BI Janji Jaga Persaingan)

Adapun menurut catatan Guntur, penggunaan layanan digital perbankan terus meningkat. Pada 2010, transaksi melalui mobile banking hanya 6% dari total transaksi perbankan. Namun, pada 2016, persentasenya naik menjadi 32%. Di sisi lain, penggunaan Ajungan Tunai Mandiri (ATM) untuk transaksi menurun dari 62% menjadi 39%. Begitu juga transaksi melalui kantor cabang, turun dari 17% menjadi 6%.

"Channel fisik semakin lama semakin dihindari. ATM saat ini fungsi cash dispenser-nya makin tinggi. Tapi ketika transaksi non-tunainya makin luas, uang sudah tidak dibutuhkan lagi," kata Guntur. (Baca juga: OJK Siapkan Antisipasi 'Musnahnya' Pekerjaan di Bank)