Terbelit Efek Kredit Macet, Pendapatan Bunga Bank Permata Turun 22%

Katadata | Arief Kamaludin
Penulis: Yudi S.A.
Editor: Yura Syahrul
21/7/2017, 10.20 WIB

PT Bank Permata Tbk, yang sedang berupaya merestrukturisasi tumpukan kredit bermasalahnya, mengalami penurunan pendapatan bunga sebesar 22 persen pada semester pertama tahun ini. Meski begitu, laba bersihnya sudah berbalik positif setelah sempat merugi besar pada tahun lalu.

Dalam rilis kinerja keuangan semester I-2017 yang dilansir pada Kamis (20/7), manajemen Bank Permata menjelaskan pendapatan bunga turun menjadi Rp 5,83 triliun pada periode Januari-Juni 2017, dibandingkan dengan Rp 7,44 triliun pada periode sama tahun sebelumnya.

(Baca: Bank Permata Terbebani Kredit Macet Garansindo Rp 1,2 Triliun)

Bank mendapat penghasilan dari bunga kredit yang disalurkan. Namun, membengkaknya kredit macet menyebabkan kemampuan Bank Permata untuk mencetak pendapatan bunga menjadi menurun.

Meski begitu, laba bersih bank swasta yang dimiliki PT Astra International Tbk dan Standard Chartered Bank ini berbalik positif menjadi Rp 620,6 miliar atau Rp 26,94 rupiah per saham pada semester pertama tahun ini. Bandingkan dengan rugi bersih Rp 835,7 miliar atau Rp 65,25 rupiah per saham yang diderita Bank Permata pada periode sama 2016.

Pada semester pertama tahun lalu, Bank Permata harus membukukan kerugian penurunan nilai aset keuangan sebesar Rp 3,12 triliun -- atau sekitar lima kali lipat laba bersih semester pertama tahun ini -- karena menumpuknya kredit macet.

Hal ini menyebabkan penurunan total aset Bank Permata menjadi  Rp 144,56 triliun pada akhir Juni 2017, dibandingkan Rp 165,53 triliun pada akhir Juni tahun sebelumnya.

(Baca: Bersih-Bersih Kredit Macet, Bank Permata Cetak Laba Rp 453 Miliar)

Pada Maret lau, Katadata melaporkan bahwa Bank Permata tengah berupaya merestrukturisasi kredit bermasalahnya untuk memperbaiki kinerja keuangan yang terpuruk tahun lalu. Ditengarai, salah satunya adalah kredit macet Grup Garansindo, distributor mobil-mobil merek Eropa dan Amerika, senilai lebih Rp 1 triliun, yang dikucurkan empat tahun lalu.

Saat itu sumber Katadata mengatakan, Garansindo adalah kredit macet terbesar Bank Permata dan mulai macet sejak tahun lalu.

Garansindo menjual mobil-mobil antara lain merek Fiat, Jeep dan Chrysler di pasar Indonesia. Sekitar 40 persen saham Bank Permata dimiliki oleh Astra, yang menjual terutama mobil merek Jepang, Toyota, yang berarti memposisikannya sebagai perusahaan saingan Garansindo.

Harga saham Bank Permata, dengan kode BNLI, ditutup naik 0,7 persen di Rp 705 per saham pada hari Kamis (20/7). Adapun, saham Astra diperdagangkan turun 1.2 persen di Rp 8.450 per saham.