Banjir Dana Asing ke Indonesia Rp 24,4 Triliun Sejak Awal Tahun

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Penulis: Desy Setyowati
Editor: Yura Syahrul
11/2/2017, 09.00 WIB

Sejak awal tahun ini, Bank Indonesia (BI) mencatat dana asing yang masuk (capital inflow) ke Indonesia mencapai Rp 24,4 triliun. Jumlahnya lebih banyak dibandingkan periode sama tahun lalu yang sekitar Rp 20 triliun.

Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo mengatakan, meningkatnya dana asing yang masuk tersebut karena fundamental ekonomi Indonesia masih tercatat positif di saat negara lain mengalami tekanan. Bahkan, sentimen positif itu juga tercermin dari penilaian lembaga pemeringkat internasional.

"Di Indonesia, minggu lalu ada outflow tapi sejak awal tahun (year to date/ytd) masih ada (uang masuk) Rp 24,4 triliun. Di tahun lalu periode sama, kira-kira Rp 20 triliun," ujar Agus di kompleks BI, Jakarta, Jumat (10/2). (Baca: Gubernur BI Ungkap Dua Faktor Penyebab Rupiah Bergerak Stabil)

Seperti diketahui, pertengahan pekan ini, Moody's Investors Service menaikkan prospek peringkat utang luar negeri (ULN) Indonesia dari “Stabil” menjadi “Positif”. Dalam kajiannya, Moody's mencatat kerentanan sektor eksternal ekonomi Indonesia menurun. Selain itu, ada perbaikan kelembagaan melalui reformasi struktural yang meningkatkan efektivitas kebijakan.

Indikator positif lainnya adalah defisit transaksi berjalan (current account defisit / CAD). Agus memperkirakan, defisit transaksi berjalan sebesar 0,8 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal IV-2016. Sedangkan sepanjang 2016, diproyeksi sebesar 1,8 persen dari PDB.

(Baca: KSSK Pantau Tiga Faktor Domestik Pengganggu Stabilitas Keuangan)

Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga mencatatkan perbaikan dari 4,88 persen pada 2015 menjadi 5,01 persen tahun lalu. Adapun, posisi cadangan devisa (cadev) juga meningkat per akhir Januari lalu sebesar US$ 116,9 miliar.

Di sisi lain, Agus melihat masih ada potensi keluarnya dana asing (capital outflow) akibat kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang akan memotong tarif pajak. Langkah ini bakal mendorong perbaikan kinerja keuangan korporasi di negara tersebut.

Alhasil, para investor akan lebih memilih berinvestasi di pasar Amerika sehingga berpotensi menarik dana asing dari luar, termasuk Indonesia. Meski begitu, Agus tetap yakin investor asing akan tetap berminat masuk ke Indonesia.

"Kami tidak bisa melihat itu (kebijakan fiskal Trump) sebagai dampak langsung. Tapi stabilitas sistem keuangan dan makroekonomi Indonesia baik, sehingga tidak berdampak ke Indonesia terlalu besar," ujar Agus.

Salah satu alasannya adalah risiko berinvestasi di Indonesia semakin kecil. Indikatornya, credit default swap (CDS) Indonesia turun menjadi 140 basis poin (bps) atau 1,4 persen. (Baca: Ekonom Ramal Banjir Dana Asing ke Indonesia Segera Surut)

Sekadar informasi, CDS merupakan alat ukur risiko investasi. Semakin rendah nilainya maka risikonya semakin kecil. Dengan risiko yang lebih besar daripada return maka dapat membuat investor asing kurang tertarik berinvestasi di Indonesia. Menurut Agus, penurunan ini menunjukkan kepercayaan pasar terhadap Indonesia meningkat.