Mantan Menteri Keuangan Muhammad Chatib Basri tidak yakin Bank Indonesia (BI) akan memangkas suku bunga acuan, BI 7-Day Repo Rate, sepanjang tahun ini. Alasannya, bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve/The Fed, tengah berancang-ancang menaikkan suku bunga dananya alias Fed Fund Rate.
Ia meramalkan, The Fed akan menaikkan bunga dananya sebanyak tiga atau empat kali masing-masing 0,25 persen dari posisi sekarang 0,5-0,75 persen. Meski begitu, kenaikan tersebut tergantung pada kebijakan ekonomi yang akan dijalankan Presiden baru AS, Donald Trump. (Baca juga: Belasan Langkah Drastis Trump dalam Dua Hari di Gedung Putih
“Mungkin ruang bagi BI memotong tingkat bunga tidak ada. Tergantung The Fed, bisa tapi (hanya) 0,25-0,5 persen,” kata Chatib saat diskusi panel bertema "Prospek Ekonomi dan Bisnis 2017" di Jakarta, Selasa (24/1). Saat ini, BI 7-Day Repo Rate berada di level 4,75 persen.
Proyeksi yang hampir sama diungkapkan Direktur Investasi Aberdeen Asset Management Bharat Joshi. Menurut dia, BI sebetulnya masih memiliki ruang untuk kembali memangkas bunga acuan. Sebab, bunga acuan yang diterapkan sejumlah bank sentral negara Asia lainnya lebih rendah dari 4,75 persen.
Namun, ia menilai BI akan condong mempertahankan bunga acuan untuk mengantisipasi risiko arus keluar modal asing (capital outflow) saat The Fed menaikkan bunga dananya. “Kalau The Fed menaikkan suku bunga sampai tiga kali, sebenarnya itu masih sesuai ekspektasi pasar. Tapi, karena ada kekhawatiran capital outflow, kami perkirakan BI 7-Day repo Rate flat tahun ini,” ujar Bharat.
(Baca juga: BI Lihat Masih Ada Ruang Turunkan Bunga Acuan Tahun Ini)
Ekonom Senior Standard Chartered Aldian Taloputera juga berpendapat sama. Meski, dia memprediksi The Fed cuma bakal menaikkan bunga dana sebanyak satu kali tahun ini. Alasannya sama, BI ingin menjaga dana asing tetap berada di Indonesia atau setidaknya meminimalkan arus keluar dana asing.
Sebelumnya, Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo melihat masih ada ruang pemangkasan BI 7-Day Repo Rate tahun ini. Hal tersebut seiring dengan situasi global yang kondusif dan perekonomian dalam negeri yang stabil. (Baca juga: Pacu Kredit, BI Agresif Pangkas Bunga Acuan Jadi 4,75 Persen).
“Kalau lihat kondisi di dalam negeri dan global yang kondusif, stance dari suku bunga masih bisa ada sedikit ruang (untuk pelonggaran),” kata Perry di Jakarta, Jumat (6/1). Namun, kondisi itu masih perlu disandingkan dengan masalah kenaikan harga yang diatur oleh pemerintah (administered price) seiring dengan kebijakan pencabutan subsidi elpiji dan listrik.
Sekadar informasi, sepanjang tahun lalu BI sudah memangkas suku bunga acuan sebesar 15o basis poin ke level 4,75 persen. Kebijakan itu bertujuan memacu penyaluran kredit guna menyokong ekonomi tumbuh lebih tinggi.