Kekayaan 8 Tokoh Ini Lampaui Harta 3,6 Miliar Warga Dunia

Arief Kamaludin|KATADATA
Warga di permukiman padat penduduk Kampung Dao, Jakarta.
17/1/2017, 21.22 WIB

Ketimpangan atau kesenjangan antara orang kaya dan si miskin di dunia masih besar. Konfederasi Oxfam International merilis laporan terbarunya mengenai deretan tokoh terkaya di dunia. Ada delapan miliarder yang nilai kekayaannya, bahkan bisa menyamai himpunan harta sekitar 3,6 miliar orang di dunia.

Mereka yang bernasib mujur itu adalah pemilik Microsoft, Bill Gates; investor kawakan Warren Buffett; konglomerat Meksiko, Carlos Slim; bos Amazon, Jeff Bezos; pemilik Facebook, Mark Zuckerberg; pemilik Zara, Amancio Ortega; pendiri Oracle, Larry Ellison; dan pebisnis Amerika Serikat, Michael Bloomberg.

Jika digabungkan, kekayaan delapan miliarder tersebut mencapai US$ 426 miliar atau sekitar Rp 5.670 triliun. "Betapa ini memperlihatkan kesenjangan yang dramatis," kata Wakil Presiden Kebijakan dan Kampanye Oxfam America, Paul O'Brien, seperti dilansir CNN Money, Selasa (17/1).

(Baca: Darmin Prediksi Pertumbuhan Ekonomi 2016 di Bawah Target)

Oxfam meluncurkan laporan tahunannya mengenai kesenjangan tersebut bersamaan dengan penyelenggaraan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss. Lembaga ini melakukan studi berdasarkan data daftar miliarder tahunan yang dirilis oleh Forbes serta buku data kekayaan dunia yang diluncurkan Credit Suisse.

Laporan itu mengungkapkan, pada 2015, kelompok 1 persen orang terkaya menguasai sekitar 99 persen nilai kekayaan di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, misalnya, kelompok 1 persen orang terkaya itu menguasai 42 persen total aset di negara tersebut. Karena itulah, Oxfam melabeli laporannya: “An Economy for the 99%". Ekonomi untuk 99 persen warga dunia (bukan 1 persen orang kaya).

(Baca: Darmin Prediksi Pertumbuhan Ekonomi 2016 di Bawah Target)

Laporan Oxfam menyebutkan, tujuh dari 10 orang hidup di negara dengan kesenjangan yang makin parah dalam 30 tahun terakhir. Selama 25 tahun belakangan, orang kaya dengan harta 1 persen di atas gabungan jumlah kekayaan masyarakat miskin tersebut nyatanya telah mendapatkan lebih banyak penghasilan.

Bahkan, angka penghasilan itu lebih tinggi dari gabungan penghasilan 50 persen masyarakat termiskin.

Sudah empat tahun sejak Forum Ekonomi Dunia memprediksi potensi peningkatan kesenjangan ekonomi sebagai ancaman terbesar bagi stabilitas sosial. Namun, Oxfam menyatakan permasalahannya saat ini menjadi semakin rumit. (Baca: Bank Dunia Puji APBN, Ekonomi Indonesia Bisa Tumbuh 5,3 Persen)

"Meski para pemimpin dunia menandatangani kesepakatan untuk menekan kesenjangan secara global, jurang antara si kaya dan miskin makin lebar," tulis Oxfam.