Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyetujui pengeluaran dalam Anggaran Tahunan Bank Indonesia (ATBI) tahun 2017 sebesar Rp 9,8 triliun. Jumlahnya naik hampir Rp 400 miliar dari tahun ini.
Ketua Komisi Keuangan DPR Melchias Markus Mekeng mengatakan, pengeluaran tersebut didominasi oleh gaji dan penghasilan pegawai BI sebesar Rp 3,38 triliun. Lalu ada juga biaya manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) sebesar Rp 2,9 triliun. “Jadi sudah kami setujui anggaran 2017 ini," kata Mekeng usai saat rapat dengan Komisi Keuangan di Gedung MPR/DPR, Jakarta, Rabu (14/12).
Sementara itu, pengeluaran ditujukan untuk biaya logistik sebesar Rp 1 triliun, penyelenggaraan operasional kegiatan pendukung Rp 868 miliar, dana cadangan Rp 441 miliar, serta pemberdayaan sektor riil, sosial, serta Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Rp 310 miliar. Ada pula pajak sebesar Rp 925 miliar.
Adapun di sisi penerimaan, Komisi Keuangan dan BI menyepakati sebesar Rp 21,2 triliun atau naik 16,3 persen dari tahun lalu. Angka tersebut didominasi oleh penerimaan dari pengelolaan valuta asing sebesar Rp 21,07 triliun. Sisanya, penerimaan administrasi sebesar Rp 125 miliar serta penerimaan dari kegiatan operasional Rp 14 miliar.
Dalam penjelasan Gubernur BI Agus Martowardojo diketahui, salah satu pos pengeluaran yang mengalami kenaikan yaitu pemberdayaan sektor riil, sosial, serta UMKM. BI menambahkan anggaran sebesar Rp 39 miliar untuk UMKM binaan BI yang bergerak dalam sektor penunjang ketahanan pangan. "Ini untuk pengendalian inflasi yang menjadi sasaran kami," ucapnya.
Ia menjelaskan, angka inflasi November lalu sebesar 0,47 persen. Angkanya cukup tinggi bila dibandingkan periode sama dalam lima tahun terakhir. Karenanya, diperlukan upaya lebih untuk menjaga inflasi ke depan. Sekadar informasi, inflasi pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 dipatok 3-5 persen. (Baca juga: Subsidi Energi Dicabut, BI Peringatkan Inflasi 2017 Bisa 5 Persen)
Selain melalui UMKM binaan, pengendalian inflasi juga dilakukan dengan meminta berbagai pihak memantau potensi inflasi di harga bahan pangan strategis seperti cabai dan bawang. "Apalagi harganya terpengaruh musim hujan yang sangat banyak," katanya.