Terpukul Efek Trump, Cadangan Devisa Susut US$ 3,5 Miliar

Arief Kamaludin | Katadata
7/12/2016, 20.40 WIB

Bank Indonesia (BI) mencatat cadangan devisa (cadev) per akhir November lalu sebesar US$ 111,47 miliar. Jumlahnya menyusut US$ 3,5 miliar dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai US$ 115,04 miliar.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, penurunan ini terjadi karena BI melakukan stabilitas nilai tukar rupiah. Bank sentral melakukan intervensi pasar karena rupiah mengalami tekanan hebat sepanjang November lalu, tepatnya pasca terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS). Kurs rupiah terhadap dolar AS sempat menembus level 13.800-an.

“Kami akan melakukan stabilisasi untuk negeri ini. Inflow banyak terserap, ada goyang ya (cadev) kami pakai,” tutur Mirza usai acara Economic Outlook 2017 di Jakarta, Rabu (7/12). (Baca juga: Risiko Arus Keluar Modal Asing di Akhir Tahun Perlu Diwaspadai)

Mirza yakin, pasar keuangan domestik yang sempat bergejolak bakal kembali normal di akhir tahun. Jadi, cadangan devisa tidak akan banyak tergerus untuk stabilisasi kurs rupiah. Indikasi perbaikan sudah terlihat dari turunnya imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) dari 8,2 persen ke 7,6 persen.

(Baca juga: Ukur Rupiah, Jokowi Minta Yuan Dijadikan Alternatif Dolar)

Dalam laporan BI, posisi cadangan devisa per November lalu cukup untuk membiayai 8,5 bulan impor, atau cukup untuk mendanai 8,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri (ULN) pemerintah. Ini artinya, cadangan devisa berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

BI menilai besaran cadangan devisa tersebut tetap mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan. “Cadev bagus. Kalau ada sedikit menurun ya akan kami lakukan stabilisasi,” kata Mirza.

Selain untuk stabilisasi nilai tukar agar sesuai fundamental, penurunan cadangan devisa lantaran memenuhi kebutuhan valuta asing (valas) untuk pembayaran ULN pemerintah. BI memperkirakan, penurunan cadangab devisa bersifat temporer, terutama didukung oleh optimisme terhadap perekonomian domestik yang tetap positif, kinerja ekspor yang membaik, dan perkembangan kondisi pasar keuangan global yang kembali kondusif.

Direktur Departemen Komunikasi BI Arbonas Hutabarat pun meyakinkan, “BI akan terus menjaga kecukupan cadev guna mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.” 

Sementara itu, Ekonom Maybank Juniman sudah melihat peluang penguatan cadangan devisa pada Desember ini. Pemicunya, repatriasi (pemulangan dana) sekitar Rp 100 triliun atau setara US$ 8 miliar oleh warga negara Indonesia yang mengikuti program amnesti pajak (tax amnesty). (Baca juga: Dana Repatriasi Kerek Surplus Neraca Pembayaran 14 Kali Lipat)

Penguatan cadangan devisa juga bisa terjadi bila pemerintah merealisasikan rencananya melakukan pembiayaan lebih awal (prefunding) belanja 2017 melalui penerbitan surat utang di pasar global Desember ini. (Baca juga: Pasar Labil, Pemerintah Tersandera Ijon Utang Rp 40 Triliun)

Lebih jauh, Juniman mengatakan, cadangan devisa juga bisa terbantu bila neraca perdagangan di akhir tahun surplus sesuai dugaannya. ”Dengan kondisi ini peluang cadev balik ke US$ 115 miliar sampai US$ 117 miliar di akhir tahun,” ucapnya.

Sebelumnya, Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih mengatakan, dana asing yang keluar (capital outflow) mencapai US$ 2,3 miliar sepanjang November lalu. Alhasil, cadangan devisa juga menurun untuk menjaga pergerakan nilai tukar rupiah agar tidak terlalu melemah.