Bank Indonesia (BI) melihat peluang peningkatan penyaluran kredit pada kuartal terakhir tahun ini. Faktor pendorongnya adalah kondisi ekonomi yang diprediksi membaik, tren penurunan suku bunga kredit, dan likuiditas yang menanjak. Meski begitu, peningkatan itu kemungkinan tak akan banyak menggenjot penyaluran kredit 2016 secara keseluruhan.
Proyeksi BI tersebut dilandasi oleh hasil survei perbankan terbaru. Dari survei terhadap 41 bank umum dengan pangsa pasar kredit mencapai 80 persen dari total kredit, diperoleh Saldo Bersih Tertimbang (SBT) permintaan kredit baru kuartal IV-2016 mencapai 98,7 persen, melesat dari 62,6 persen pada kuartal sebelumnya. Artinya, kalangan perbankan melihat peluang penyaluran kredit membesar jelang akhir tahun nanti.
(Baca juga: BI Ramal Penyaluran Kredit Baru Membaik Tahun Depan)
Ada sektor yang bakal jadi prioritas untuk dibiayai perbankan. Antara lain perdagangan besar dan eceran, industri pengolahan dan sektor real estat, serta usaha persewaan dan jasa perusahaan. “Relatif sama dengan kuartal sebelumnya,” demikian tertulis dalam hasil survei perbankan yang dirilis Divisi Statistik Sektor Riil BI, Jumat (14/10) pekan lalu.
Kalangan perbankan menyatakan, peningkatan penyaluran kredit didukung oleh kebijakan penyaluran kredit yang lebih longgar. Kebijakan yang dimaksud yakni pemberian suku bunga kredit yang lebih rendah dan penurunan biaya provisi.
Sementara itu, faktor yang mendorong perbankan memperlonggar kebijakan kreditnya yaitu kondisi ekonomi yang diprediksi membaik. selain itu, kondisi likuiditas yang meningkat dan sektor riil yang membutuhkan dukungan pembiayaan.
Kalangan perbankan memprediksi, rata-rata suku bunga kredit modal kerja pada kuartal IV-2016 bakal turun 13 basis poin menjadi 12,9 persen per tahun. Sedangkan suku bunga kredit investasi turun 5 basis poin menjadi 12,76 persen per tahun. Adapun suku bunga kredit konsumsi diramal turun 10 basis poin menjadi 15,37 persen per tahun.
Penurunan tersebut seiring dengan penurunan bunga dana. Kalangan perbankan memprediksi rata-rata biaya dana yang dikeluarkan perbankan sebesar 6,45 persen atau turun 10 basis poin dibanding kuartal sebelumnya. (Baca juga: BI: Kredit dan Investasi Bakal Meningkat setelah Tax Amnesty)
Meski begitu, optimisme kalangan perbankan terhadap pertumbuhan kredit 2016 terus menurun. Artinya, peningkatan penyaluran kredit pada kuartal terakhir 2016 kemungkinan belum mampu menggenjot penyaluran kredit secara keseluruhan tahun ini.
Perbankan memperkirakan kredit tahun ini hanya tumbuh sekitar 9,2 persen. Padahal, pada kuartal sebelumnya, mereka masih memperkirakan kredit bisa tumbuh sekitar 10,6 persen.
”Penurunan tersebut terutama dipengaruhi realisasi penyaluran kredit sampai dengan kuartal III 2016, kebutuhan pembiayaan nasabah, dan risiko pembiayaan yang masih cukup tinggi,” mengacu pada hasil survei BI. (Baca juga: OJK Siapkan Antisipasi Perluasan Kredit Bermasalah)
Prediksi tersebut bertolak belakang dengan proyeksi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Akhir September lalu, Dewan Komisioner OJK Bidang Perbankan Nelson Tampubolon sempat meramal, kebijakan BI melonggarkan moneter dengan memangkas suku bunga acuan, BI 7-Days Repo menjadi 5 persen bakal memacu kredit tumbuh double digit. Sebab, “Biaya kredit akan lebih rendah,” katanya. Perkiraannya, kebijakan ini mampu memacu kredit tumbuh ke kisaran 12-14 persen.
Menurut tim ekonom Bank Mandiri, turunnya optimisme perbankan terhadap pertumbuhan kredit juga seiring dengan meningkatnya pembiayaan korporasi dari nonbank. Hingga akhir kuartal III-2016, total pembiayaan nonbank tumbuh hingga 60 persen (year on year) dari Rp 80 triliun di kuartal III-2015 menjadi Rp 128,3 triliun.
Perinciannya, pembiayaan dari penerbitan saham baru (rights issue) tumbuh 115,42 persen dan penerbitan obligasi korporasi meningkat 41,16 persen. Sedangkan penerbitan surat utang medium term notes dan negotiable certificate deposit naik 35,76 persen.
Dari hasil survei perbankan, optimisme perbankan terhadap pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) juga terus melemah. Hal ini tercermin dari SBT perkiraan perhimpunan DPK tahun 2016 yang cuma sebesar 85,9 persen, lebih rendah dari tahun sebelumnya yang sebesar 95,2 persen.
”Melemahnya optimisme penghimpunan DPK 2016 tersebut terutama disebabkan oleh penurunan suku bunga dana yang diperkirakan masih berlanjut pada kuartal IV-2016,” demikian tertulis dalam hasil survei tersebut.