Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kurs rupiah melemah terhadap empat mata uang utama dunia selama bulan Agustus lalu. Pelemahannya berkisar 1 persen sampai hampir 4 persen. Padahal, pada bulan sebelumnya, rupiah menguat terhadap mayoritas mata uang utama dunia.
Deputi Bidang Statistik, Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menjelaskan, kurs rupiah pada Agustus lalu melemah terhadap dolar Amerika Serikat, dolar Australia, yen Jepang, dan euro Eropa. Penyebabnya beragam, di antaranya perbaikan data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang membuat mata uang lain melemah, termasuk rupiah.
Menurut dia, pengangguran di AS mulai menurun. Hal ini berdampak ke semua negara, terutama di Indonesia. "Dolar AS mengalami apresiasi. Kalau yen Jepang, karena pemerintahnya melakukan intervensi terhadap sektor keuangannya," ujar Sasmito dalam konferensi pers di Kantor BPS, Jakarta, Kamis (15/9).
(Baca: Kecuali Australia, Rupiah Menguat Terhadap Semua Mata Uang Dunia)
Secara lebih rinci, dia menjelaskan, kurs rupiah paling melemah terhadap yen Jepang sebesar 3,41 persen pada Agustus 2016. Rupiah juga melemah cukup dalam terhadap euro, yakni sebesar 2,42 persen. Kurs tengah terendah terjadi pada minggu keempat Agustus lalu yang mencapai 14.912,91 per euro.
Selanjutnya, rupiah juga mengalami depresiasi terhadap dolar Australia sebesar 1,59 persen. Kurs tengah terendah terjadi pada minggu keempat, yang mencapai 10.033,88 per dolar Australia.
Adapun terhadap dolar AS, rupiah melemah 1 persen pada Agustus lalu. Kurs tengah terendah terjadi pada minggu kelima Agustus yang mencapai 13.237,81 per dolar AS. (Baca juga: Pelemahan Rupiah Belum Mengkhawatirkan, BI Tak Perlu Intervensi)
Memasuki bulan September ini, kurs rupiah terpantau sempat menguat tajam mendekati level 13.000 per dolar AS. Mengacu pada kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), kurs sempat berada di level 13.086 per dolar AS pada perdagangan Rabu (7/9) pekan lalu.
Namun, tren itu tidak bertahan lama. Rupiah kembali melemah pada perdagangan Selasa lalu, setelah salah satu Gubernur Bank Sentral Amerika (The Federal Reserve/The Fed), Lael Brainard mengatakan, tidak ada alasan untuk terburu-buru menaikkan suku bunga.
Pernyataan itu kembali menimbulkan ketidakpastian baru di pasar keuangan. Alhasil, rupiah melemah ke level 13.151 per dolar AS pada Selasa (13/9) lalu. Pada Rabu kemarin, rupiah melemah lebih dalam ke level 13.228 per dolar AS.