Rata-Rata Bunga Kredit Kuartal I-2016 Diperkirakan Turun

Bank BRI KATADATA | Agung Samosir
KATADATA | Agung Samosir
Penulis: Yura Syahrul
13/1/2016, 11.17 WIB

KATADATA - Para bankir optimistis pertumbuhan kredit perbankan pada tahun ini bakal lebih baik dari tahun lalu. Pertumbuhan itu sejalan dengan penurunan rata-rata suku bunga kredit mulai kuartal pertama tahun ini. Optimisme tersebut setidaknya tergambar dari hasil Survei Perbankan Kuartal IV-2015 yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) terhadap 42 bank umum di Jakarta dengan pangsa pasar kredit sebesar 80 persen dari total kredit.

Responden survei tersebut memperkirakan rata-rata pertumbuhan kredit tahun ini sebesar 12 persen. Ini lebih tinggi dibandingkan realisasi pertumbuhan kredit per November 2015 yang cuma sebesar 9,8 persen. Bahkan, perkiraan tahun 2016 tersebut lebih tinggi dari realisasi pertumbuhan kredit sepanjang 2014 lalu yang sebesar 11,6 persen. Optimisme pertumbuhan kredit itu terutama didorong oleh perkiraan kondisi ekonomi tahun 2016 yang lebih baik dari tahun sebelumnya, menurunnya risiko penyaluran kredit, dan rencana penurunan suku bunga kredit.

Tanda-tanda membaiknya penyaluran kredit tahun ini tecermin dari meningkatnya permintaan kredit baru di kuartal terakhir tahun lalu, meskipun kenaikannya tidak setinggi kuartal sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan kredit baru memang terjadi pada kredit modal kerja dan kredit investasi, yang tecermin dari penurunan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) masing-masing sebesar minus 16,4 persen dan minus 1,8 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.

(Baca: OJK Ramal Kredit Perbankan 2016 Tumbuh 14 Persen)

Rendahnya permintaan kredit baru diduga akibat perilaku korporasi yang masih menahan ekspansi usaha dan investasinya seiring perlambatan pertumbuhan ekonomi di akhir 2015. Sebaliknya, pertumbuhan kredit konsumsi pada kuartal IV-2015 lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya. Hal ini dorong oleh permintaan kredit pemilikan rumah/apartemen (KPR/KPA) yang tinggi. Meskipun di sisi lain terjadi penurunan permintaan kredit kendaraan bermotor (KKB). Kondisi tersebut sejalan dengan penurunan penjualan kendaraan bermotor pada periode Oktober-November tahun lalu.

Adapun secara sektoral, penurunan terbesar permintaan kredit baru pada kuartal IV-2015 terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian sebesar minus 43 persen. Sedangkan peningkatan tertinggi permintaan kredit baru terjadi pada sektor konstruksi, sektor listrik, gas dan air, serta sektor perikanan. BI menduga permintaan kredit di empat sektor itu melonjak karena semakin banyaknya proyek pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah pada kuartal IV-2015.

(Baca: Rupiah Tertekan, Ekonom Perkirakan BI Rate Belum Bisa Turun)

Tapi, secara umum, sebanyak 75,6 persen bankir yang disurvei BI mengakui realisasi kredit barunya di bawah target pada kuartal terakhir tahun lalu. Beberapa faktor penyebabnya adalah ekonomi yang masih melambat, permintaan pembiayaan dari calon debitur masih rendah dan suku bunga kredit tetap tinggi. Selain itu, penurunan realisasi kredit baru juga bertujuan menekan peningkatan risiko kredit bermasalah.

Memasuki kuartal I-2016, para bankir yang disurvei BI memperkirakan pertumbuhan kredit akan meningkat. Hal itu tecermin dari SBT perkiraan kredit baru sebesar 99,1 persen, melonjak dari 56,9 persen pada kuartal IV-2015. KPR/KPA dan KKB akan menjadi prioritas utama dalam penyaluran kredit konsumsi selama kuartal pertama tahun ini. Selain itu, ketimbang kartu kredit, para bankir lebih mengutamakan penyaluran kredit tanpa agunan (KTA).

(Baca: Genjot Anak Usaha, BNI Optimistis Kredit Tumbuh 17 Persen)

“Sebanyak 51,2 persen responden menyatakan kebijakan penyaluran kredit pada kuartal I-2016 relatif sama dengan kuartal sebelumnya. Sedangkan 46,3 persen responden akan memperketat penyaluran kreditnya, khusus untuk kredit modal kerja dan kredit investasi,” tulis survei BI, yang dipublikasikan pada Selasa kemarin (12/1).

Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) pada kuartal I-2016 diperkirakan masih tetap tumbuh tapi tidak setinggi kuartal sebelumnya. Melemahnya pertumbuhan DPK terjadi pada bank skala menengah dan besar, teruatam akibat penurunan suku bunga dana dan kondisi likuiditas bank.
Rata-rata biaya dana yang dikeluarkan bank (cost of fund) dalam rupiah pada kuartal pertama tahun ini sebesar 7,02 persen atau turun 3 basis poin dari triwulan sebelumnya. Sedangkan biaya dana yang ditempatkan oleh bank untuk memperoleh pendapatan (cost of loanable fund) diperkirakan naik 11 basis poin menjadi 11,06 persen. Hal tersebut setidaknya sejalan dengan data BI bahwa suku bunga dana hingga November 2015 dalam tren menurun, sednagkan suku bunga kredit cenderung naik.

Berdasarkan kondisi tersebut, rata-rata suku bunga kredit rupiah pada kuartal I-2016 diperkirakan turun. Rinciannya, suku bunga kredit modal kerja turun 1 basis poin menjadi 13,48 persen per tahun dan suku bunga kredit konsumsi turun 7 basis poin jadi 15,12 persen. Sedangkan suku bunga kredit investasi naik 1 basis poin menjadi 13,13 persen.

Reporter: Redaksi