Kredit Bermasalah Naik, Laba BRI Tertekan

KATADATA
Direktur Utama Bank BRI, Asmawi Syam (kanan) bersama jajaran direksi, saat pemaparan kinerja keuangan Bank BRI Semester I 2015 di Jakarta, Jumat, (31/07).
31/7/2015, 15.46 WIB

KATADATA ? Kinerja PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk tertekan perlambatan ekonomi. Pada semester I-2015, laba bersih bank pelat merah itu hanya mencatatkan pertumbuhan sebesar 1,6 persen.

Pada periode Januari-Juni 2015, perseroan hanya membukukan laba bersih Rp 11,9 triliun, dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 11,7 triliun. Bahkan pada tahun lalu, laba bersih bank dengan nilai aset terbesar kedua di Tanah Air itu mampu mencetak pertumbuhan laba hingga 17 persen.

Turunnya pertumbuhan laba tersebut, kata Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo, akibat rendahnya penyaluran kredit. Situasi perekonomian yang kurang menguntungkan saat ini pun membuat rasio kredit bermasalah meningkat.

Hingga akhir semester I, rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross meningkat menjadi 2,33 persen dari periode yang sama tahun lalu 1,97 persen. ?Sayangnya kredit tidak seluruhnya memberi repayment yang diharapkan,? kata Haru seusai acara paparan kinerja keuangan semester I-2015 di kantornya, Jakarta, Jumat (31/7).

Naiknya rasio kredit bermasalah membuat BRI harus menaikkan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) sebesar 60 persen. ?Pada kuartal II biaya cadangan yang kami cadangkan naik 60 persen. Saat ini posisinya 141 persen, sehingga mau tak mau harus kami keluarkan dari net profit,? tutur dia.

Dua bank pelat merah lainnya pun mengalami situasi yang sama dengan BRI. Bank Mandiri dan Bank Negara Indonesia (BNI) juga menaikkan CKPN akibat membengkaknya kredit bermasalah. Di Bank Mandiri, NPL gross tercatat naik dari 2,23 persen menjadi 2,43 persen. Kenaikan dana pencadangan tersebut untuk mengantisipasi perlambatan ekonomi yang diperkirakan masih terus berlanjut hingga tahun depan.

Hal inilah yang menyebabkan laba bersih Bank Mandiri menciut. Pada periode Januari-Juni 2015, laba bersih perseroan hanya tumbuh 3,5 persen menjadi Rp 9,9 triliun dibandingkan periode sama tahun lalu. Padahal pada semester I-2014, Bank Mandiri mampu mencetak pertumbuhan laba bersih sebesar 15,6 persen menjadi Rp 9,6 triliun. Hingga akhir tahun nanti, Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin memperkirakan, laba bersih Bank Mandiri cuma tumbuh di bawah 10 persen. (Baca: Pertumbuhan Laba Bersih BCA Melambat)

Sementara itu, kinerja BNI lebih terpukul oleh kenaikan kredit bermasalah. Per akhir semester I-2015, rasio kredit bermasalah BNI mencapai 3 persen atau melonjak dibandingkan periode sama 2014 yang masih sebesar 2,2 persen. Gara-gara kredit bermasalah membengkak, Direktur Utama BNI Achmad Baiquni mengatakan, perseroan menaikkan coverage ratio dari 129 persen menjadi 138,8 persen. (baca: Perlambatan Berlanjut, Laba Bersih Astra Turun 18 Persen)

?Ini yang menyebabkan laba turun,? ujar dia dalam paparan kinerja semester I-2015 BNI, Kamis (30/7). Pada semester I-2015, perseroan mencetak laba bersih Rp 2,4 triliun. Jumlahnya anjlok 50,8 persen dibandingkan realisasi pada periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 4,9 triliun. 

Reporter: Desy Setyowati