BNI Targetkan Pertumbuhan Kredit Maksimal 13 Persen pada 2015

KATADATA
Seorang nasabah sedang memainkan alat komunikasi di Banking Hall, Kantor Pusat BNI, Jakarta.
6/7/2015, 14.27 WIB

KATADATA ? PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk memperkirakan penyaluran kredit pada tahun ini akan tumbuh sekitar 11 persen-13 persen. Angka ini lebih rendah daripada target Bank Indonesia (BI) sebesar 13 persen-15 persen.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi menjadi penyebab rendahnya kinerja penyaluran kredit BNI. ?Pendapatan berkurang, tapi kami masih tetap laba,? kata Direktur Kepatuhan Imam Budi Sarjito di Jakarta.

Perseroan, lanjut dia, tidak akan akan memaksakan untuk melakukan ekspansi kredit. Menurut dia, situasi ini tidak hanya dialami BNI, tapi juga oleh semua bank. ?Ekspansi masih ada cuma rendah,? tutur dia.

Pada kuartal I-2015, BNI mencatat pertumbuhan kredit sebesar 9,1 persen dengan total penyaluran sebesar Rp 269,5 triliun. Pertumbuhan kredit tertinggi berasal dari segmen menengah yang mencapai 27 persen.

Selama tiga bulan pertama 2015, BNI telah membukukan laba bersih sebesar Rp 2,8 triliun atau tumbuh 17,7 persen. Kemudian pendapatan bunga besih naik 15,3 persen menjadi Rp 6,1 triliun, dengan tingkat margin bunga bersih naik dari 6,1 persen menjadi 6,5 persen.

BNI telah menyatakan akan fokus untuk menyasar tiga segmen bisnis utama, yakni korporasi, menengah dan kecil, serta konsumer.

Direktur Bisnis Banking II BNI Sutanto menuturkan, kebijakan pemerintah menurunkan suku bunga kredit usaha rakyat (KUR) tidak terlalu membantu untuk mendorong pertumbuhan kredit perseroan. Apalagi, perseroan hanya mendapatkan jatah penyaluran sebesar Rp 3 triliun. ?Jumlahnya tidak terlalu signifikan,? kata dia.

Meski begitu, dia setuju dengan kebijakan pemerintah memberikan subsidi bunga, sebab bunga kredit untuk UMKM memang tidak di atas 20 persen. Pemerintah seperti diberitakan telah menurunkan suku bunga KUR menjadi 12 persen, dan memberikan subsidi sebesar 7 persen. Ini artinya bank hanya menerima 19 persen dari penyaluran kredit ini. Angka ini lebih rendah dari sebelumnya 22 persen. 

Reporter: Desy Setyowati