KATADATA ? Kementerian Badan Usah Milik Negara (BUMN) menghitung rencana penggabungan usaha atau merger BUMN reasuransi. Dari hasil kajian bersama Otoritas Jasa Keuangan, aksi korporasi itu membutuhkan dana mencapai Rp 13 triliun.
Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan, kebutuhan dana itu diharapkan bisa dicapai dalam waktu dua tahun. Sumber dananya, berasal dari korporasi BUMN sendiri, bukan penyertaan modal negara (PMN). "Tidak musim pakai PMN. Pemerintah kan harus mencari uang lebih banyak lagi," ujarnya di Jakarta, Senin (13/10) malam.
Dahlan menyerahkan rencana ini kepada pemerintah baru. Pihaknya sudah menyiapkan roadmap terkait industri ini dan perhitungan modalnya yang mencapai Rp 13 triliun. Diharapkan tahapan penggabungan beberapa perusahaan reasuransi ini sudah bisa dijalankan mulai bulan depan. Kendati menteri BUMN sesudah berganti, dan modal awal yang tersedia hanya Rp 1,5 triliun. "Seharusnya tetap jalan, karena sudah menjadi visi nasional," tuturnya.
Rencananya, ada empat perusahaan asuransi yang akan merger, yakni Reasuransi Internasional Indonesia (ReIndo), Tugu Reasuransi Indonesia, Reasuransi Nasional Indonesia (NasRe) dan Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI). Hasil merger BUMN Reasuransi itu akan dinamakan Indonesia Reasuransi.
Merger ini bertujuan agar Indonesia memiliki perusahaan penjaminan asuransi bermodal dan beraset besar. Sebab selama ini Indonesia kehilangan potensi premi asuransi sekitar Rp 8 triliun per tahun karena tersedor perusahaan reasuransi di luar negeri.
"Dengan terbentuknya Indonesia reasuransi, diharapkan dana yang tersedot ke luar negeri itu masuk ke dalam negeri," ujar Dahlan.
Menurut dia, rencana pengoperasian Indonesia Reasuransi tersebut juga telah mendapat respon positif dari perusahaan reasuransi asal Eropa seperti Swiss, Inggris. Negara negara tersebut membutuhkan partner yang kuat untuk kerjasama dengan perusahaan asuransi di Indonesia.