Semua Sektor Usaha Terpukul, Ekonomi Kuartal II Diprediksi Minus 3,4 %

ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/nz
Ilustrasi. Bank Mandiri memprediksi ekonomi Indonesia pada kuartal II tahun ini akan tumbuh negatif 3,4%. Seluruh sektor ekonomi terdampak pandemi corona.
17/6/2020, 19.28 WIB

Bank Mandiri memperkirakan kuartal kedua bakal menjadi periode terburuk bagi perekonomian Indonesia tahun ini. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi diperkirakan terkontraksi atau turun sebesar 3,4 %.

Ekonom Senior Bank Mandiri Dendi Ramdani mengatakan bahwa pandemi corona yang sudah berlangsung selama tiga bulan berdampak hampir pada semua sektor. Perhotelan dan restoran, transportasi, serta perdagangan menjadi sektor yang paling terdampak pandemi.

Menurut dia, jika pandemi ini terus berlanjut hingga 6 bulan maka harga komoditas akan melemah, manufaktur terganggu, ekspor turun, dan proyek investasi tertunda.

“Ini juga sudah terjadi baik yang dialami oleh swasta maupun pemerintah (menunda proyek). Bahkan, pemerintah telah mencoret beberapa proyek strategis nasional (PSN),” ujarnya dalam konferensi pers virtual, Rabu (17/6).

(Baca: Sri Mulyani Ramal Ekonomi Kuartal II Minus 3%, Apakah RI akan Resesi?)

Oleh sebab itu, kata Dendi, selama memasuki era kenormalan baru atau new normal, perilaku konsumen akan kembali ke kebutuhan dasar seperti makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal, serta safety needs yakni kesehatan, asuransi dan keamanan.

“Makanya tak heran jika penjualan mobil dan motor, maupun properti anjlok pada kuartal kedua ini. Bahkan, penjualan mobil hanya 3 ribuan unit pada April 2020, biasanya angkanya mencapai lebih dari 50 ribu per bulannya atau bahkan bisa mencapai 100 ribu unit penjualan mobil per bulannya,” ujar dia.

Pada kesempatan yang sama Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan bahwa pihaknya telah meramalkan perekonomian akan tumbuh negatif pada kuartal II sejak sebulan lalu.

Menurutnya dampak pandemi corona mulai terasa sejak memasuki fase pertama kuartal II pada awal April 2020. “Kuartal II ekspektasi kami paling dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia,” kata Andry.

(Baca: Sri Mulyani Perkirakan Ekonomi Kuartal II Minus 3,1% Akibat PSBB)

Meski begitu, Andry optimistis, perekonomian bisa kembali pulih pada kuartal berikutnya, dan akan mulai kembali tumbuh pada kuartal IV. Namun hal tersebut dengan asumsi tidak terjadi gelombang kedua atau second wave penyebaran virus corona. "Jika terjadi second wave, pemulihan ekonomi akan lebih panjang," ujarnya.

Di sisi lain, dia menilai respon kebijakan fiskal (melalui stimulus) dan moneter pemerintah sudah tepat untuk menyuntikkan kepercayaan terhadap pelaku pasar. Menurutnya pemerintah mampu menyeimbangkan stabilitas moneter (sektor finansial) dan menopang pertumbuhan ekonomi dengan menjaga daya beli.

Terlebih, adanya pelonggaran PSBB (dengan protokol kesehatan yang ketat) dapat mendorong aktivitas beberapa sektor dan perekonomian daerah. Itu sebabnya, optimalisasi teknologi digital menjadi penting.

Pandemi pun menghadirkan tantangan sekaligus peluang bagi perekonomian nasional. Tantangannya, menurut Andry, yaitu risiko terjadinya second wave penyebaran virus yang sudah terjadi di beberapa negara, seperti Selandia Baru dan Tiongkok. Serta tantangan harga komoditas yang masih volatil dan kondisi geopolitik.

(Baca: Kemendes Prediksi Perekonomian Desa Lebih Cepat Pulih Pasca Covid-19)

Adapun pandemi menawarkan peluang untuk mengembangkan perekonomian yang berbasis digital. Sebab, PSBB telah mengubah perilaku konsumen. Di sisi lain, digitalisasi dapat membuat biaya produksi menjadi lebih efisien.

“Karena pandemi ini banyak sektor yang menjadi lebih penting untuk jangka waktu menengah panjang. Seperti makanan dan minuman, asuransi, healthcare, maupun home based entertaiment,” ujarnya.

Reporter: Muchammad Egi Fadliansyah