Nilai tukar rupiah melemah 0,28% ke level Rp 14.435 per dolar Amerika Serikat pada perdagangan di pasar spot sore ini, Jumat (10/7). Rupiah melemah lantaran masih meningkatnya kasus positif Covid-19 di Indonesia.
Bersamaan dengan rupiah, mayoritas mata uang Asia melemah sore ini. Mengutip Bloomberg, dolar Tawian truun 0,27%, won Korea Selatan 0,73%, peso Filipina 0,14%, rupee India 0,28%, yuan Tiongkok 0,17%, ringgit Malaysia 0,09%, dan baht Thailand 0,14%.
Sementara itu yen Jepang dan dolar Singapura menguat masing-masing 0,44% dan 0,01%. Dolar Hong Kong tak bergerak.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dolar Rate yang dipublikasikan BI pada pukul 10.00 WIB juga menempatkan rupiah di posisi pelemahan. Dipublikasikan Bank Indonesia pada pukul 10.00 WIB, rupiah ada di level Rp 14.501 per dolar AS, turun 55 poin.
(Baca: Kasus Corona RI Bertambah 1.611 Orang, Terbanyak Berasal dari Jakarta)
Direktur Center Of Reform on Economics Piter Abdullah Redjalam menyebut rupiah memang sudah bergerak melemah cukup lama. Perlahan, tapi terus melemah.
"Setelah pelonggaran pembatasan sosial berskala besar, kasus baru domestik terus meningkat hingga menciptakan rekor baru," kata Piter kepada Katadata.co.id, Jumat (10/7).
Jumlah kasus positif virus corona di Indonesia yang dilaporkan pemerintah hari ahri ini bertambah 1.611 menjadi 72.347 orang. Kenaikan tersebut didapatkan dari tambahan pemeriksaan 23.609 spesimen seluruh jejaring laboratorium.
Dari tambahan tersebut, Provinsi DKI Jakarta menyumbang kenaikan terbanyak yakni 260 kasus. Berikutnya Jawa Timur dengan 246 pasien baru serta Sulawesi Utara yang melaporkan tambahan 134 kasus baru penyakit ini.
(Baca: Tidak Ada Sentimen Positif, IHSG Ditutup Turun 0,43%)
Penambahan kasus hari ini didominasi orang dengan gejala ringan atau tak menunjukkan tanda-tanda sakit. Hal ini disebutnya menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah.
Pemerintah juga melaporkan adanya kenaikan jumlah pasien sembuh sebanyak 878 menjadi 33.529 orang. Sedangkan angka kematian akibat Covid-19 bertambah 52 sehingga total 3.469 orang meninggal usai terkena virus ini.
Dengan terus meningkatnya kasus baru tersbeut, Piter menilai ada kekhawatiran akan diketatkannya kembali PSBB. "Yang berarti perekonomian akan kembali terpuruk," ujarnya.
Di sisi lain, pasar juga khawatir dengan meningkatnya kembali kasus pandemi di banyak negara. Padahal, beberapa negara sudah menunjukan penurunan kasus namun gelombang kedua mulai bermunculan.