Pencadangan Naik, Laba Bersih BTN Semester I 2020 Anjlok 41%

Laba bersih BTN semester II 2020 anjlok hingga 41% seiring lonjakan pencadangan untuk mengantisipasi NPL.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
3/8/2020, 13.14 WIB

Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk berhasil mencetak laba bersih senilai Rp 768 miliar pada semester I 2020. Namun, capaian laba bersih tersebut anjlok hingga 41% dibandingkan dengan laba bersih pada periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 1,3 triliun.

Penurunan laba bersih ini karena BTN menyiapkan rasio pencadangan yang cukup besar, dimana semester I 2020, Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) melonjak ke level 107,9% terhadap kredit yang disalurkan. Posisi CKPN tersebut melesat jauh dari 37,87% pada periode yang sama tahun lalu.

Meski demikian Direktur Utama BTN Pahala Mansury menyatakan perolehan laba bersih pada semester I ini melebihi ekspektasi. "Kami optimistis, hingga akhir tahun nanti target laba BTN masih on-track, sejalan dengan mulai adanya peningkatan permintaan kredit pada Juni 2020," ujarnya, Senin (3/8).

Pahala mengatakan bahwa pemupukan pencadangan yang besar tersebut merupakan inisiatif BTN dalam rangka menjaga kualitas pertumbuhan bisnis di tengah pandemi Covid-19.

Seperti diketahui, penyaluran kredit dan pembiayaan BTN pada semester I 2020 ini mampu tumbuh meski hanya 0,32% secara tahunan (year on year/yoy). Dari Rp 251,04 triliun kredit tersalurkan pada semester I 2019, menjadi Rp 251,83 triliun di periode yang sama tahun ini.

Kredit pemilikan rumah (KPR) subsidi BTN, terekam menjadi penyumbang pertumbuhan kredit perusahaan secara keseluruhan karena porsinya 45,11% dari total portofolio kredit. KPR subsidi tumbuh 5,84% dari Rp 107,34 triliun menjadi Rp 113,61 triliun.

Sementara, di segmen KPR non-subsidi seperti kredit perumahan dan kredit konstruksi, totalnya penyalurannya mencapai Rp 193,49 triliun pada enam bulan pertama tahun ini. Catatan tersebut mampu tumbuh sebesar 2,47% secara tahunan dari Rp 188,82 triliun.

Lalu, penyaluran pinjaman di segmen kredit non-perumahan, bank berkode emiten BBTN ini mampu menyalurkan pinjaman kepada nasabahnya senilai Rp 22,91 triliun per akhir Juni 2020.

Seiring dengan pencadangan yang melonjak naik, kualitas penyaluran kredit BTN pada semester I 2020 ini pun membaik. Hal itu terlihat dari rasio kredit bermasalah alias non-performing loan (NPL) per Juni 2020 di level 2,40%, turun dari 4,42% per Juni 2019.

Sementara itu dana pihak ketiga (DPK) BTN 2,99% secara tahunan dari Rp 219,76 triliun menjadi Rp 226,32 triliun. Pertumbuhan tersebut terutama disumbang peningkatan giro sebesar 13% secara tahunan dari Rp 52,88 triliun menjadi Rp 59,75 triliun.

Dengan peningkatan giro tersebut, BTN mencatatkan kenaikan dana murah (CASA) sebesar 3,75% secara tahunan dari Rp 92,83 triliun menjadi Rp 96,32 triliun. "Secara bertahap kami terus meningkatkan porsi dana murah dengan memangkas porsi dana mahal," kata Pahala.

Kinerja positif pada kredit dan DPK tersebut, juga turut mengerek naik aset BBTN sebesar 0,68% secara tahunan menjadi sebesar Rp 314,60 triliun. "Kami juga berupaya terus memperbaiki proses bisnis sehingga dapat mempertahankan pertumbuhan positif yang berkelanjutan," katanya.

Di tengah pandemi Covid-19, BTN terus memupuk likuiditas dimana rasio Liquidity Coverage Ratio (LCR) naik ke level 132,22% pada semester I 2020 dari 105,50% di periode yang sama tahun sebelumnya. Permodalan atau capital adequacy ratio (CAR) pun naik dari level 16,99% menjadi 19,10% per semester I 2020.

Reporter: Ihya Ulum Aldin