Integrasi dengan Bangkok Bank, Modal Bank Permata Bakal Tembus Rp 40 T
PT Bank Permata Tbk memperkirakan modal inti perusahaan akan meningkat mencapai lebih dari Rp 40 triliun seiring rencana integrasi dengan kantor cabang Bangkok Bank di Indonesia pada tahun ini. Dengan demikian, bank berkode saham BNLI ini bakal naik kelas ke kelompok bank umum kegiatan usaha IV.
Direktur Keuangan Bank Permata Lea Kusumawijaya mengatakan, Bank Permata bisa naik kelas setelah terintegrasi dengan Bangkok Bank kantor cabang Indonesia. Integrasi dilakukan setelah Bangkok Bank Public Company Limited resmi mengakuisisi mayoritas saham Bank Permata dari PT Astra International Tbk dan Standard Chartered.
"Ini sesuai dengan rencana integrasi dan sejalan dengan arahan OJK. Penyelesaian integrasi ditargetkan sebelum akhir tahun," kata Lea pada paparan publik, Kamis (27/8).
Lea menjelaskan kantor cabang Bangkok Bank di Indonesia memiliki modal inti mencapai Rp 21 triliun. Dengan demikian, modal inti Bank Permata dapat mencapai lebih dari Rp 40 triliun setelah proses integrasi. "Otomatis sesudah integrasi, maka akan eligible menjadi BUKU IV," katanya.
Berdasarkan aturan tentang kegiatan usaha dan jaringan kantor bank umum, Bank BUKU IV memiliki modal inti minimal Rp 30 triliun, Dengan masuk ke kelompok BUKU IV, Bank Permata akan memiliki cakupan kegiatan usaha yang lebih luas dalam mengembangkan jaringan kantor.
Bank BUKU IV boleh membuka kantor cabang di seluruh wilayah di luar negeri. Selain itu, bank BUKU IV juga dapat mengajukan diri sebagai qualified ASEAN bank saat ingin membuka kantor cabang di negara-negara ASEAN. Bank yang masuk dalam kategori QAB akan mendapatkan perlakuan yang sama dengan bank lokal saat berekspansi di negara-negara ASEAN.
Tidak hanya naik kelas, total aset dan penyaluran kredit Bank Permata juga otomatis bertambah. Kantor cabang Bangkok Bank di Indonesia menyalurkan kredit sebesar Rp 20 triliun hingga semester pertama tahun ini. Sementara total kredit Bank Permata mencapai Rp 103,7 triliun.
Adapun total dana pihak ketiga yang dihimpun Bangkok Bank mencapai Rp 11 triliun, sedangkan Bank Permata Rp 124,5 triliun.
Lea pun memperkirakan kualitas kredit perseroan akan membaik usai integrasi tersebut. Rasio kredit bermasalah diperkirakan akan mendekati 3%. Per semester I 2020, NPL Bank Permata berada di level 3,7%. "NPL tentunya mengalami perbaikan karena rasio NPL Bangkok Bank cukup baik," kata Lea.
Bank Permata mengklaim bisnis perusahaa terganggu akibat pandemi virus corona atau Covid-19. Ini antara lain akibat penutupan beberapa kantor cabang bank selama tiga bulan seiring dengan pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar.
Mengutip keterbukaan informasi, Kamis (11/6), Bank Permata mengungkapkan sebanyak 109 kantor cabang dari total 312 tidak beroperasi per per 31 Mei 2020 lantaranpenerapan PSBB di beberapa kota besar.
"Namun, per 8 Juni 2020 semua kantor cabang telah berfungsi secara normal, kecuali dua kantor yang masih tutup karena mengikuti peraturan dari pengelola gedung," tulis manajemen Bank Permata dalam keterbukaan informasi.
Bank Permata menerangkan, dampak dari pembatasan operasional diperkirakan kurang lebih 25% terhadap total pendapatan perseroan, untuk periode yang berakhir per 31 Maret atau 30 April 2020.
Sementara, dampak terhadap laba-rugi bersih secara konsolidasi untuk periode yang berakhir per 31 Maret atau 30 April 2020 diperkirakan lebih dari 75%. Ini dibandingkan dengan periode yang berakhir per 31 Maret atau 30 April 2019.