Pertumbuhan Kredit Seret, Laba Perbankan Semester I Anjlok 20%

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Ilustrasi. Penyaluran kredit pada akhir Juni hanya tumbuh 1,5% mencapai Rp 5.549,24 triliun.
Penulis: Agustiyanti
1/9/2020, 12.18 WIB

Otoritas Jasa Keuangan mencatat laba bank umum pada semester pertama tahun ini sebesar Rp 62,57 triliun, turun 20,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 78,51 triliun. Kinerja laba ini terutama dipengaruhi oleh penyaluran kredit yang hanya tumbuh 1,5% mencapai Rp 5.549,24 triliun.

Berdasarkan data statistik perbankan yang baru dirilis OJK, pendapatan bunga bersih perbankan yang selama ini menjadi penyumbang terbesar keuntungan perbankan turun 2% menjadi Rp 187,88 triliun. Pendapatan bunga turun 3,2% menjadi Rp 398,68 triliun, sedangkan beban bunga turun 4,3% menjadi Rp 211,79 triliun.

Di tengah kredit yang masih seret, dana pihak ketiga perbankan tercatat tumbuh lebih tinggi mencapai 7,9% sehingga total mencapai Rp 6.260,46 triliun. Simpanan dalam bentuk deposito dan giro naik, sedangkan tabungan menurun.

Rasio kredit terhadap simpanan atau LDR pun turun dari 94,84% menjadi 81,9%. Sementara margin bunga bersih turun dari 4,9% menjadi 4,46%.

Selain kredit, NIM dipengaurhi oleh penurunan suku bunga perbankan yang mengalami tren penurunan seiring langkah Bank Indonesia yang telah memangkas bunga acuan perbankan sebesar 2% pada sepanjang tahun ini, meski masih lebih rendah. Rerata bunga deposito turun dari 45 bps dari posisi Juni 2019 menjadi 6,5% pada Juni 2020, bunga giro turun hanya 1% menjadi 2,2%, sedangkan bunga tabungan turun 23 bps menjadi 1,03%.

Sementara berdasarkan data BI, rerata tertimbang suku bunga kredit turun 77 bps menjadi 9,96%.

Di sisi lain, pendapatan operasional nonbunga perbankan berhasil meningkat 20% menjadi Rp 224,31 triliun. Namun, beban operasional nonbunga juga melonjak 19,3% menjadi Rp 331,26 triliun.

Berdasarkan kelompoknya, bank buku kecil mencatatkan penurunan paling signifikan dalam kinerja laba. Kelompok bank umum kegiatan usaha I yang memiliki modal inti di bawah Rp 1 triliun hanya membukukan laba Rp 195 miliar, anjlok 42% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 336 miliar.

Kelompok bank BUKU II atau memiliki modal inti Rp 1 triliun hingga kurang dari Rp 5 triliun mencatatkan penurunan laba sebesar 29,4% menjadi Rp 3,68 triliun. Bank BUKU III atau memiliki modal inti Rp 5 triliun hingga kurang dari Rp 30 triliun membukukan penurunan laba 12,4% menjadi Rp 16,58 triliun.

Sementara itu, bank kelompok BUKU IV atau bermodal minimal Rp 30 triliun membukukan laba Rp 40,28 triliun, turun 22,7% dibandingkan semester I 2019.

Kebijakan restrukturisasi kredit yang harus dilakukan perbankan untuk membantu debitur di tengah pandemi Covid-19 sempat menimbulkan kekhawatiran terhadap likuiditas perbankan. Namun, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Sunarso menyebut perbankan saat ini justru dihadapkan oleh permintaan kredit yang lemah. 

"Kredit yang direstrukturisasi memang membuat pembayaran pokok menjadi ditunda. Tetapi, ternyata permintaan kredit itu belum mampu mengimbangi pertumbuhan dana masyarakat," kata Sunarso dalam konferensi pers, Kamis (27/8).

Hingga 10 Agustus 2020, jumlah debitur yang direstrukturisasi oleh BRI mencapai 2,9 juta dengan portofolio kredit mencapai Rp 182,8 triliun. Mayoritas debitur yang diberi restrukturisasi kredit oleh BRI adalah usaha mikro kecil dan menengah. 

Meski sudah menjalankan program restrukturisasi, rasio likuiditas semester I 2020 bank BUMN ini masih cukup longgar. Ini terlihat dari rasio pinjaman terhadap simpanan alias LDR yang berada pada level 86,06% secara konsolidasi, turun dibandingkan semester I 2019 di level 92,81%.

Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Silvano Winston Rumantir juga mengakui pertumbuhan kredit tahun ini memang tidak bisa sebesar tahun lalu karena adanya pandemi Covid-19. Perusahaan pun memperkirakan kredit akan tumbuh di bawah 10%. 

Otoritas Jasa Keuangan sebelumnya memperkirakan pertumbuhan kredit pada sepanjang tahun ini hanya mencapai 3%. "Kami sudah berbicara dengan beberapa bank berdasarkan proyeksi revisi rencana bisnis. Tapi itu dilakukan sebelum ada berbagai stimulus pemerintah," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam konferensi pers, awal bulan lalu. 

Sepanjang tahun lalu penyaluran kredit perbankan tercatat mencapai Rp 5.616,9 triliun, naik 6,08% dibandingkan 2018. Jika tahun ini penyaluran kredit mampu tumbuh 3%, maka besaran penyaluran kredit diperkirakan mencapai Rp 5.784,48 triliun.

OJK juga mencatat realisasi program restrukturisasi perbankan hingga 20 Juli 2020 senilai Rp 784,36 triliun yang berasal dari 6,73 juta nasabah. Wimboh mengatakan mayoritas debitur yang direstrukturisasi berasal dari sektor usaha mikro, kecil dan menengah sebanyak 5,38 juta nasabah.

Sementara berdasarkan nilai, restrukturisasi non-UMKM tercatat mencapai Rp 454,09 triliun. Wimboh menjelaskan bahwa realisasi restrukturisasi kredit ini mencapai 25%-30% dari total outstanding kredit industri perbankan. Sebelumnya OJK memperkirakan bahwa restrukturisasi kredit bisa mencapai 40% dari  total outstanding kredit perbankan nasional.