Pengumuman Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang akan kembali memberlakukan pembatasan sosial berskala besar secara total mulai Senin (11/9) mengejutkan pasar keuangan domestik. Indeks Harga Saham Gabungan sempat anjlok lebih dari 5%, sedangkan rupiah makin tertekan meski tak sedalam pasar saham.
Pada perdagangan Jumat (11/9), IHSG ditutup naik 2,56% ke posisi 5.016 setelah sehari sebelumnya turun 5,01%. Sedangkan kurs rupiah di pasar spot ditutup melemah di posisi Rp 14.890 per dolar AS, setelah sempat menyentuh Rp 14.950 per dolar AS.
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto sempat mengkritik langkah Anies yang dinilai menciptakan gejolak di pasar saham. "Ada ketidakpastian karena pengumuman Gubernur DKI Rabu malam," katanya dalam Webinar Kamar Dagang dan Industri, Kamis (10/9).
Airlangga mengatakan kinerja pasar keuangan sebenarnya sudah menunjukkan arah positif sejak beberapa pekan terakhir dibandingkan April. IHSG bahkan sempat menyentuh level tertingginya di posisi Rp 5.371 pada akhir Agustus lalu.
Namun, kinerja tersebut berubah pada indeks saham Kamis (10/9) pagi, hingga anjlok di bawah 5.000. Bursa Efek Indonesia bahkan membekukan sementara perdagangan saham pada pukul 10.36 karena indeks turun di bawah 5%.
Bank Indonesia mencatat terjadi aliran modal asing keluar dari pasar keuangan domestik pada 7-10 September sebesar Rp 500 miliar. Modal asing keluar dari pasar saham sebesar Rp 2,37 triliun, tetapi masih masuk di pasar surat berharga negara sebesar Rp 1,87 triliun.
Meski sepanjang pekan ini aliran modal asing masih masuk di pasar SBN, pengumuman Anies memberikan tekanan pada imbal hasil. Imbal hasil SBN tenor 10 tahun naik ke level 6,93% pada akhir perdagangan kemarin dan masih menanjak pada perdagangan pagi tadi ke level 7,04%.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pernyataan Anies masih mendorong aliran modal asing hingga hari ini masih keluar dari pasar keuangan Indonesia. ia menilai pernyataan Anies bertentangan dengan semangat reformasi ekonomi yang saat ini sedang di dengung-dengungkan oleh pemerintah dan BI. "Presiden Joko Widodo harus memberikan pernyataan resmi tentang sikap Anies tersebut," ujar Ibrahim kepada Katadata.co.id, Jumat (11/9).
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance Abra Talattov mengatakan pasar akan lebih tenang pada pekan depan jika sudah ada kepastian resmi dari pemerintah. Gejolak yang timbul pada pasar keuangan dalam dua hari ini hanya sementara
Selain itu, alasan penerapan PSBB untuk menjaga aspek kesehatan juga sangat kuat sehingga masyarakat dan investor seharusnya dapat menerima keputusan tersebut.
"Jika kesehatan bisa diperbaiki, ekonomi akan pulih sendirinya. Dengan begitu ada peluang dana asing kembali masuk lagi," kata Abra kepada Katadata.co.id di waktu yang berlainan.
Ia pun meyakini PSBB yang akan kembali diberlakukan secara total di Jakarta tak akan menimbulkan tekanan yang dalam pada rupiah seperti yang terjadi pada Maret dan April lalu. Salah satu alasannya, BI kini menjadi pembeli siaga dalam setiap lelang surat utang pemerintah.
Selain itu cadangan devisa Indonesia pada akhir Agustus lalu juga mencatatkan rekor tertinggi mencapai US$ 137 miliar. Peningkatan cadangan devisa didorong oleh penarikan utang luar negeri pemerintah, serta penerimaan pajak dan devisa migas.
Kepemilikan Asing Turun
Aliran modal asing sepanjang tahun ini telah keluar dari pasar keuangan domestik sebesar Rp 153,29 triliun. Kondisi ini turut berpengaruh pada porsi kepemilikan asing pada instrumen saham maupun surat berharga negara.
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia per 31 Agustus 2020, porsi kepemilikan investor lokal di pasar modal Indonesia mencapai 58,08%, sedangkan investor asing 41,9%. Posisi itu jauh membaik dibandingkan pada 2013 ketika porsi kepemilikan investor lokal 42,96% dan investor asing 57,04%
Pada perdagangan hari ini, kenaikan IHSG sebesar 2,5% juga ditopang oleh aksi beli investor lokal. Asing masih mencatatkan jual bersih mencapai Rp 2,2 triliun.
Sementara berdasarkan data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, porsi kepemilikan asing pada surat utang negara hingga 9 September 2020 mencapai 28,19%. Porsi kepemilikan asing ini turun signifikan dibandingkan akhir tahun lalu yang mencapai 38,57%.
Total nilai SBN yang digenggam asing juga tercatat menurun. Pada akhir tahun lalu, SBN yang dimiliki asing mencapai Rp 1.061,86 triliun. Investor asing bahkan sempat mencatatkan rekor tertinggi kepemilikan SBN berdasarkan nominal mencapai Rp 1.092 triliun pada 24 Januari 2020. Namun pada 9 september, SBN yang dimiliki asing tercatat Rp 942,8 triliun.
Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah Redjalam mengatakan porsi kepemilikan asing pada surat utang negara memang perlu didorong turun. Meski sudah turun, ia menilai porsi kepemilikan asing saat ini masih besar.
Adapun aliran modal asing, menurut Piter, masih berpotensi keluar dari Indonesia seiring dengan penerapan PSBB total yang akan diberlakukan pada pekan depan. Namun, ia menduga reaksi tersebut akan bersifat sementara.
"Likuiditas global sekarang sudah banjir. Imbal hasil kita masih lebih menarik sehingga mereka tentu akan kembali lagi," katanya.