Induk usaha BUMN farmasi yaitu PT Bio Farma (Persero) tengah berdiskusi mendapatkan vaksin Covid-19 khusus untuk tenaga kesehatan dalam waktu dekat. Targetnya, Bio Farma bisa mendatangkan 3 juta vaksin pada November 2020.
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir menjelaskan ada beberapa negara pengembang vaksin Covid-19 yang bisa menyelesaikan uji klinis pada Oktober 2020. Negara-negara yang bersangkutan tersebut pun segera mengeluarkan otoritas penggunaan darurat (emergency use authorization).
Bio Farma dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dibantu juga oleh Kementerian BUMN dan Kementerian Kesehatan, tengah berdiskusi dengan otoritas negara setempat. "Kami sedang diskusi, seandainya Indonesia bisa mendapatkan akses duluan terhadap vaksin itu," kata Honesti ketika hadir dalam rapat dengan DPR di Jakarta, Senin (5/10).
Rencana memasukkan 3 juta vaksin tersebut bisa dilakukan dengan syarat BPOM sudah memastikan uji mutu dan uji klinisnya sudah dilakukan di negara asal. Selain itu, untuk bisa mendatangkan vaksin tersebut, otoritas di negara tersebut sudah mengeluarkan emergency used authorization.
"Memang ada niat (memasukkan vaksin Covid-19) pada November untuk tenaga kesehatan karena mereka paling terdepan yang akan diberikan akses," kata Honesti.
Diskusi yang tengah dilakukan tersebut dengan mempertimbangkan kondisi paparan Covid-19 di Indonesia yang semakin cepat. Dalam beberapa waktu terakhir, dalam sehari jumlah positif Covid-19 bertambah hingga 4 ribu kasus. Jika terus seperti ini, bukan tidak mungkin total angka positif Covid-19 dalam negeri mencapai 500 ribu di akhir tahun.
Untuk itu, perlu ada keputusan, tenaga kesehatan yang perlu dilindungi dengan sesegera mungkin karena mereka yang langsung berhubungan dengan pasien Covid-19 sehar-hari. Selain itu, berdasarkan petunjuk pelaksana Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tenaga kesehatan memang menjadi prioritas vaksin Covid-19.
Bio Farma juga terus melakukan pengembangan vaksin bersama perusahaan asal Tiongkok Sinovac untuk bisa diproduksi massal. Saat ini, vaksin tersebut masih dalam tahap uji klinis tahap ketiga di Bandung, yang ditargetkan bisa selesai pada Januari 2021 mendatang.
Hingga saat ini, total relawan yang sudah mendapatkan suntikan pertama yaitu 1.319 orang, sementara yang sudah mendapatkan suntikan kedua sebanyak 656 orang. Dari total relawan yang sudah disuntik vaksin dua kali tersebut, jumlah relawan yang sudah diambil darah 14 hari setelah suntikan kedua, jumlahnya 244 orang.
Honesti menjelaskan, dari total 1.319 orang yang diberi vaksin, sejauh ini belum ada indikasi yang serius terkait masalah kesehatan. Sehingga, diharapkan proses uji klinis tahap ketiga ini bisa selesai pada Januari 2021 dan segera disampaikan hasilnya dengan melakukan registrasi ke BPOM untuk mendapatkan persetujuan emergency used authorization.
"Diharapkan, akhir Januari atau awal Februari 2020, kami bisa mengeluarkan program vaksinasi terhadap vaksin Covid-19 ini," kata Honesti.
Adapun, tim dari Sinovac sudah melakukan kunjungan ke fasilitas produksi vaksin milik Bio Farma untuk pengecekan. Hasilnya, fasilitas produksi Bio Farma dinilai siap produksi dan kontrol kualitasnya memenuhi standar yang sudah ditetapkan.
Terkait sertifikat halal, Bio Farma juga sudah mendapatkan arahan dari Wakil Presiden Ma'ruf Amin untuk dibentuknya tim bersama yang terdiri dari Bio Farma, Kementerian BUMN, BPOM, Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan beberapa pihak lainnya. Namun, berdasarkan arahan dari Ma'ruf Amin, Honesti mengatakan jika belum memenuhi unsur halal, vaksin tetap bisa dilakukan.
"Seandainya belum memenuhi unsur halal, dalam kondisi pandemi ini, tetap bisa diberikan vaksinasinya," kata Honesti.
Tidak hanya sebatas vaksin, Bio Farma sebagai holding pun juga menangani masalah obat Covid-19. Terbaru, anggota BUMN holding farmasi PT Indofarma Tbk (INAF) siap memasarkan obat anti Corona Remdesivir dengan nama dagang Desrem. Obat ini diproduksi Mylan Laboratories Limited, atas lisensi dari Gilead Sciences Inc, Foster City dan United States of America.
Direktur Utama Indofarma Arief Pramuhanto menjelaskan Desrem berdosis 100 mg bakal dipasarkan mulai pekan kedua Oktober 2020. Obat ini pun sudah mengantongi persetujuan emergency use authorization dan disetujui oleh BPOM pada tanggal 30 September 2020.
Obat ini digunakan untuk penggunaan pada pasien rawat inap Covid-19 dalam kondisi sedang-berat. "Untuk ketersediaan stok untuk bulan ini, sudah ada sekitar 400.000 vial dengan harga yang tentunya terjangkau oleh masyarakat," kata Arief dalam siaran pers, Senin (5/10).
Anggota holding lainnya, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) saat ini sudah mampu memproduksi obat untuk penanganan Covid-19, yaitu Favipiravir yang dapat dipergunakan untuk terapi Covid–19. Selain Favipiravir, Kimia Farma dan anak usahanya PT Phapros Tbk (PEHA) telah memproduksi beberapa obat lain seperti Chloroquine, Hydroxychloroquine, Azithromycin, Favipiravir, Dexamethasone dan Methylprednisolone.
Terkait vaksin, pemerintah juga menyiapkan peta jalan vaksinasi dengan membentuk tim teknis penyusunan, membuat timeline, menyusun konsep regulasi, serta sinkronisasi strategi komunikasi publik. Selanjutnya disiapkan juga dashboard penelusuran program vaksin untuk melacak mereka yang sudah divaksin dan mengetahui efektivitasnya.
Meski demikian, pemerintah meminta masyarakat perlu menerapkan protokol kesehatan dengan tertib selama vaksin belum ditemukan. Mereka perlu disiplin mengenakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak atau biasa disebut 3M.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan