EDISI KHUSUS | Semarak Ramadan 1442 H

Meski RI Telat Terapkan Ekonomi Syariah, Potensinya Besar pada 2025

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/aww.
Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan sambutan saat IDX Debut Bank Syariah Indonesia (BSI) di Main Hall BEI, Jakarta, Kamis (4/2/2021).
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Yuliawati
17/3/2021, 15.24 WIB

Potensi bisnis penyedia layanan syariah di masa mendatang diperkirakan akan berkembang pesat. Asumsi ini berdasarkan jumlah penduduk muslim dewasa pada 2025 diperkirakan mencapai 184 juta dan 50% di antaranya merupakan kalangan menengah atas.

"Situasi ini membuat potensi besar bagi institusi penyedia layanan syariah, mengingat industri halal yang makin berkembang dari tahun ke tahun menyesuaikan dengan demand dari masyarakat," kata Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dalam sesi webinar, Rabu (17/3).

Erick yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah menyatakan industri syariah di Tanah Air memang terlambat hadir dibandingkan negara-negara tetangga. Meski, sektor jasa keuangan syariah Indonesia terus mengalami pertumbuhan.

Indonesia baru memulai ekonomi syariah pada 1991, dengan ditandai pendirian bank syariah pertama yaitu PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Sedangkan Malaysia yang juga memiliki banyak penduduk muslim, sudah mulai menerapkan ekonomi syariah sejak 1963.

Erick mengatakan Masyarakat Ekonomi Syariah memiliki misi agar Indonesia menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah dunia pada 2023 mendatang. Hal ini juga sesuai dengan master plan ekonomi syariah 2019-2024 yang diterbitkan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah.

"Keselarasan ini penting untuk menciptakan harmoni dan sinergi pengembangan ekonomi dan keuangan syariah nasional secara terintegrasi," ujar Erick.

Ada beberapa strategi untuk bisa mencapai target pusat ekonomi dan keuangan dunia. Seperti dengan penguatan rantai nilai halal, penguatan keuangan syariah, penguatan UKM, dan penguatan digital.

Selain itu, untuk memanfaatkan potensi yang besar, dapat dilakukan dengan pemberdayaan umat melalui kolaborasi dengan komunitas atau kelompok keagamaan. Sehingga, dapat membangun keyakinan dan kebutuhan akan solusi ekonomi syariah.

Industri jasa keuangan syariah di Indonesia pun tercatat mengalami pertumbuhan di tengah pandemi Covid-19, bahkan unggul dibandingkan dengan keuangan konvensional. Seperti dari segi nilai aset, dimana perbankan syariah mampu tumbuh hingga 10% sepanjang 2020, sedangkan konvensional hanya 7,7%.

Dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), perbankan syariah juga mampu tumbuh lebih tinggi dari konvensional meski tipis. Tahun lalu, DPK syariah meningkat 11,56% dibandingkan setahun sebelumnya, sedangkan konvensional tumbuh 11,49%.

Sedangkan dari sisi pembiayaan, perbankan syariah mampu tumbuh hingga 9,42% pada 2020. Adapun penyaluran kredit perbankan konvensional hanya mampu tumbuh 0,55% sepanjang tahun lalu, jika dibandingkan 2019.

Salah satu dukungan pemerintah dalam meningkatkan ekonomi dan keuangan syariah, dengan melakukan merger pada tiga bank syariah milik negara. Ketiganya yaitu Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah, dan BNI Syariah. "Merger dimaksudkan agar kita memiliki bank syariah yang kuat, profesional, efisien, dan bisa memenuhi kebutuhan industri halal di Indonesia," kata Erick.

Menurutnya, merger juga bisa meningkatkan kapasitas lembaga keuangan syariah dengan melakukan efisiensi melalui digitalisasi, diferensiasi produk keuangan sesuai dengan keunikan yang dimilikinya, meningkatkan pengalaman servis, dan penguatan permodalan nasabah UMKM.

Pada tahun lalu, ekonomi syariah di Indonesia menempati peringkat empat dunia dengan skor Indikator Ekonomi Islam Global (Global Islamic Economy Indicator/GIEI) sebesar 91,2 pada tahun ini. Indonesia hanya berada di bawah Malaysia (290,2), Arab Saudi (155,1), dan Uni Emirat Arab (133). Berikut grafik dalam databoks:



Wakil Presiden Ma'ruf Amin melihat potensi besar dalam pengembangan ekonomi syariah di Tanah Air. Pemerintah menyiapkan program mendorong percepatan dan akselerasi ekonomi dan keuangan syariah dengan ambisi menjadikan Indonesia sebagai pusat rujukan global.

Ma'ruf mengatakan meski Indonesia merupakan penduduk muslim terbesar dunia, sayangnya hanya menjadi konsumen dari produk ekonomi syariah. Umat belum menangkap peluang besar ekonomi syariah ini.

"Saya sering mengumpamakan seperti keledai, membawa beban makanan di punggungnya, tapi dia lapar dan tidak bisa makan," dalam sebuah sesi wawancara dengan Katadata.co.id beberapa waktu lalu.

Salah satu instrumen keuangan syariah yang potensial digunakan untuk pembangunan adalah dana wakaf. Dengan kondisi literasi dan pengetahuan masyarakat soal investasi dana wakaf yang masih rendah, pemerintah terus menggelar sosialisasi dan edukasi.

“Karena kalau sudah besar, nilai manfaatnya akan kembali kepada umat dan masyarakat,” kata mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu.

Reporter: Ihya Ulum Aldin