Jakarta--Bencana alam yang melanda berbagai wilayah di Nusa Tenggara Timur (NTT) telah menimbulkan kerusakan serius pada rumah-rumah penduduk hingga fasilitas umum, menyebabkan korban jiwa, jatuhnya korban luka, hingga pengungsian.
Kerugian materil pun belum sempat terhitung karena warga masih berfokus pada kondisi tanggap darurat. Roda perekonomian pun terganggu, sehingga PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) terdorong untuk meringankan beban korban dengan menggelar Program Relaksasi Kredit bagi warga yang terdampak bencana.
Relaksasi Kredit tersebut disampaikan oleh Direktur Utama BNI Royke Tumilaar di Jakarta, Selasa (06/4). Royke menuturkan, relaksasi kredit ini layak diberikan karena fasilitas pendukung perekonomian dan sumber–sumber penghasilan warga telah hancur akibat bencana. Mulai lahan pertanian yang terendam banjir, hewan ternak hanyut, hingga pusat–pusat aktivitas ekonomi seperti pasar pun terganggu.
Program relaksasi kredit yang diberikan BNI terhadap masyarakat yang terdampak tersebut,”antara lain berupa penundaan pembayaran, keringanan bunga, dan program lain yang kami harapkan dapat membantu meringankan beban masyarakat di NTT,” ujar Royke.
Sebelumnya, BNI menyalurkan bantuan bagi korban bencana alam di NTT. Bantuan ini disalurkan demi meringankan dampak bencana selama masa tanggap darurat. Bantuan disalurkan ke kawasan yang terkena dampak bencana terparah. BNI menyiapkannya di Adonara, Flores Timur, Kupang, dan Malaka.
Bantuan yang BNI siapkan terdiri atas obat-obatan, beras, susu instan, mie instan, tikar, air bersih, hingga selimut. Bantuan tersebut diperkirakan telah tiba dilokasi bencana Senin petang. Royke mendapat informasi dari warga yang kehilangan tempat tinggal lahan pertanian dan hewan ternak bahwa masyarakat mengharapkan adanya perhatian dari pemerintah dan perbankan, untuk memberi bantuan serta relaksasi terhadap fasilitas pinjaman KUR atau kredit bagi pelaku UKM yang terdampak di daerah bencana tersebut.