CEO Indodax Oscar Darmawan menyampaikan, Ethereum sudah naik dua kali lipat dalam satu bulan terakhir. Bahkan sepanjang 2021, harganya sudah naik lebih tinggi dibandingkan uang kripto Bitcoin.
Tahun ini, Ethereum sudah mencatatkan kenaikan sekitar enam kali lipat, dari level awal tahun di kisaran Rp 10 juta menjadi Rp 60 juta. Sedangkan mata uang kripto Bitcoin baru naik dua kali lipat tahun ini, dari level Rp 400 juta menjadi Rp 860 juta.
Dalam beberapa hari, koin kripto tersebut naik bertahap dari Rp 40 juta, Rp 50 juta, dan saat ini tembus Rp 60 juta. "Wajar bila kenaikannya fantastis karena Ethereum sedang ramai digunakan," kata Oscar dalam keterangan resminya Senin (10/5).
DeFi sendiri merupakan platform yang memfasilitasi pinjaman dalam mata uang kripto di luar perbankan tradisional. Banyaknya aplikasi DeFi yang disematkan pada blockchain Ethereum lah yang akhirnya mendorong lonjakan Ether.
Mengutip Reuters Selasa (11/5), harga koin Ethereum berhasil melampau rekor sebelumnya US$ 4.133 per eth, menjadi US$ 4.200 atau sekitar Rp 60,06 juta. Ether semakin memantapkan posisinya sebagai koin berkapitalisasi pasar terbesar kedua di pasar uang kripto global, setelah Bitcoin.
Kepala Teknologi nilai tukar uang kripto Bitfinex Paolo Ardoino, menilai segudang kemungkinan teknologi blockchain terdesentralisasi harus disamakan dengan teknologi dasar. Kondisi tersebut juga berpotensi terus mengganggu keuangan dan bisnis lainnya.
Blockchain ibarat buku besar digital yang terdistribusi ke seluruh pengguna mata uang kripto untuk mencatat semua transaksi. Sistem terdesentralisasi ini membuat semua pemegang cryptocurrency memiliki salinan identik dari buku besar blockchain.
Pertengahan tahun ini, rencananya dilakukan pembaruan ethereum atau EIP-1559 menjadi Ethereum 2.0. Perubahan teknis tersebut dinilai menekan pasokan koin Ether ke depan, sekaligus mendorong permintaan naik. Tak hanya investor retail, investor institusional baru di sektor kripto juga mulai meramaikan pasar uang kripto pertengahan tahun ini.
"Keterlibatan institusional (kripto) lebih banyak dibandingkan orang yang tidak mengikuti kepercayaan pasar (uang kripto)," kata Kepala Riset perusahaan pialang Pepperstone, Chris Weston.
Oscar menambahkan, sistem pelelangan non-fungible token (NFT) atau token yang tidak dapat ditukar ikut berkontribusi pada tren kenaikan Ethereum. Sistem yang sedang booming ini memudahkan para pekerja seni, seperti animator, fotografer dan developer dalam menjual karyanya secara lelang. NFT banyak menggunakan jaringan blockchain Ethereum dan menjadikan token sebagai alat pembayarannya.
Adapun rencana revolusi jaringan menjadi Ethereum 2.0 jadi salah satu faktor yang mendorong Ether naik lebih lanjut. "Ethereum juga akan melakukan pengurangan pasokannya di masa mendatang," kata Oscar.
Minat masyarakat Indonesia terhadap Ethereum menunjukkan peningkatan. COO Tokocrypto Teguh Kurniawan Harmanda menyatakan, ETH menjadi salah satu aset kripto favorit yang diperjual belikan di Tokocrypto setelah Bitcoin.
Pertumbuhan transaksi ETH di Tokocrypto per April 2021 kurang lebih mencapai US$ 25 juta (sekitar Rp 360 miliar) atau naik 1.437,5% dibandingkan Desember 2020 yang baru sekitar US$ 2 juta. Lonjakan kenaikan tersebut turut didukung maraknya proyek kripto yang dibangun di atas smart contract Ethereum.
"NFT juga diserbu banyak orang penting, mulai dari CEO, artis hingga atlet, hype nya di luar sana juga mulai merambah ke Indonesia. Penggunaan sistem pelelangan non-fungible (NFT) juga menggunakan jaringan Ethereum dan menggunakan kriptonya," kata Harmanda kepada Katadata.co.id, beberapa waktu lalu.
Harmanda menjelaskan, banyak orang yang menggunakan Ethereum untuk menjalankan DApps atau Decentralized Exchange Apps dengan tujuan untuk memotong perantara dalam industri. DApps tersebut mengandalkan smart contract dan Ethereum adalah pelopor smart contract dan yang terbesar di blockchain.
"Yang bisa dinikmati dari DApps sendiri seperti pinjaman langsung yang menghasilkan bunga, pembayaran langsung, streaming lagu di mana royalti langsung diterima oleh artis yang bersangkutan, bukan ke platform streaming atau label rekaman, lelang seni tanpa juru lelang, pasar untuk NFT, hingga permainan online," kata dia.
Sementara itu, Co-founder CryptoWatch Christopher Tahir menilai potensi harga Ether menuju level US$ 6.000 per eth masih cukup terbuka. Harapannya, dengan diupgradenya jaringan Ethereum menjadi Ethereum 2.0 dengan menggunakan algoritma konsensus Proof of Stake, maka biaya transaksi ke depan bisa ditekan.
Proses transaksi juga diprediksi bisa lebih cepat dengan skalabillitas ekosistem yang terakselerasi. "Dengan begitu, Ether akan terakselerasi lebih jauh lagi," ujar Chris kepada Katadata.co.id.
Di sisi lain, beberapa analis dalam artikel Reuters menyatakan kalau harga koin ETH saat ini sudah terlalu tinggi. Di mana, peningkatan harga tidak didukung data terkait seberapa luas penggunaan koin Ether.
Salah satunya Analis JPMorgan dalam laporannya kepada klien Jumat lalu menyampaikan, valuasi harga koin Ether masih dipertanyakan. Menurut dia, jumlah alamat digital atau pengguna yang aktif di jaringan Ethereum akan lebih konsisten saat harga di kisaran US$ 1.000 per eth atau Rp 14,3 juta.