Bank Mandiri memproyeksikan pertumbuhan kredit secara nasional akan mencapai 5% pada tahun ini setelah terkontraksi 2,41% pada tahun lalu. Perekonomian yang mulai membaik di kuartal kedua akan mendorong penyaluran kredit.
"Ini dengan asumsi pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 4,4%," ujar Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Panji Irawan dalam Mandiri Economic Outlook & Industri 2Q21, Rabu (19/5).
Panji mengatakan, ekonomi dalam tren perbaikan pada kuartal kedua ini. Ini tercermin dari tingkat kepercayaan masyarakat yang mulai pulih pada Maret-April 2021, dipengaruhi beberapa faktor, seperti menurunnya jumlah kasus Covid-19 harian serta perkembangan proses vaksinasi.
Indeks Keyakinan Konsumen April 2021 untuk pertama kalinya menunjukkan optimisme setelah berada dalam zona negatif pada satu tahun terakhir. Menurut Panji, ini juga memicu terjadinya peningkatan belanja konsumen terutama pada periode menjelang Lebaran tahun ini.
Di samping itu, menurut Panji, kebijakan moneter masih akomodatif dalam mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional. Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan ke level terendah sepanjang sejarah yakni 3,5% untuk memicu pemulihan ekonomi.
Dia berpendapat bahwa berbagai kebijakan stimulus fiskal, moneter dan makroprudensial juga telah dilakukan seperti pembebasan PPN di sektor otomotif dan pelonggaran aturan Loan to Value Ratio (LTV) bagi perbankan untuk memacu pertumbuhan kredit. Digitalisasi sektor pembayaran juga terus ditingkatkan untuk menunjang pola hidup kenormalan baru yang sangat bergantung pada sistem dan transaksi online.
Di Bank Mandiri, Panji menyebutkan bahwa pertumbuhan kredit juga mulai berhasil tumbuh positif pada kuartal kedua ini. Kredit korporasi menjadi penopang pertumbuhan kredit secara keseluruhan di perusahaan pelat merah tersebut. "Dilihat dari sektornya, kredit yang meningkat yakni fast moving consumer goods, pertambangan, perdagangan, telekomunikasi, listrik, dan properti," katanya.
BI mencatat, penyaluran kredit per Maret 2021 masih mengalami kontraksi 4,13%. Salah satu penyebabnya, perbankan yang sudah mulai menurunkan suku bunga kredit ke level satu digit seiring implementasi kebijakan transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK). Penurunan paling besar dilakukan oleh kelompok bank BUMN yang mencapai 2,26% menjadi 8,7%.
Otoritas Jasa Keuangan memproyeksikan penyaluran kredit belum normal pada tahun 2021 dan hanya tumbuh pada rentang 5%-6%. Meski demikian, capaian tersebut diharapkan dapat mendukung target pertumbuhan ekonomi sebesar 5%.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan ada tanda-tanda pertumbuhan kredit kembali positif. "Meskipun saat ini permintaan kredit masih lemah," kata Wimboh dalam rapat kerja bersama Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat, akhir tahun lalu.
Menurut Wimboh, pertumbuhan kredit di tengah pandemi ditopang Bank Himbara dan Bank Pembangunan Daerah. "Sementara bank swasta dan asing masih terkontraksi," ujarnya.
Di sisi lain, dia memperkirakan dana pihak ketiga masih bisa tumbuh pada tahun 2021 meski tak sebesar tahun 2020 yakni 9%-11%. Ramalan pertumbuhan DPK tersebut seiring kebijakan fiskal yang masih akomodatif.