Daya tarik investasi aset digital cenderung meningkat selama pandemi. Hal itu tercermin dari semakin banyaknya investor ritel dan institusional yang melirik aset kripto tersebut. Namun, euforia atas aset mata uang kripto cepat meredup saat harga koin kripto jeblok.
Mengacu pada laman Coinmarketcap.com, kapitalisasi pasar uang kripto pada 15 Mei 2021 masih di kisaran US$ 2,5 triliun. Angka tersebut lalu merosot hampir 50 % empat hari kemudian ke posisi US$ 1,36 triliun pada perdagangan Kamis (19/5).
Analis meyakini sumber utama tekanan di pasar kripto berawal dari cuitan bos Tesla Elon Musk dan larangan transaksi kripto oleh tiga lembaga keuangan di Cina. Ketiga badan tersebut yakni Asosiasi Keuangan Internet Nasional Cina, Asosiasi Perbankan Cina, dan Asosiasi Pembayaran dan Kliring Cina. Mereka mengharamkan lembaga keuangan dan perusahaan pembayaran di Negeri Panda menyediakan layanan terkait transaksi mata uang kripto.
Layanan tersebut termasuk pendaftaran akun kripto, perdagangan, kliring dan penyelesaian. "Baru-baru ini, harga uang kripto telah meroket dan anjlok, dan perdagangan spekulatif mata uang kripto telah pulih. Secara serius, melanggar keamanan properti orang dan mengganggu tatanan ekonomi dan keuangan normal," demikian pernyataan bersama tiga badan industry, Selasa (18/5).
Sebelum itu, bos Tesla sudah lebih dulu berulah dengan mengumumkan perusahaan mobil listriknya tidak lagi menerima pembelian dengan Bitcoin. Keputusan tersebut jelas menimbulkan kebingungan bagi pemilik mata uang kripto tersebut.
Meskipun begitu, harga sempat naik setelah Musk mengkonfirmasi kepemilikan Bitcoin oleh Tesla. Dalam tweet selanjutnya, dengan menyatakan. "Tesla belum menjual Bitcoin apapun". Klarifikasi tersebut sekaligus menggambarkan kalau bos Tesla itu masih mempertimbangkan kepemilikan aset kripto.
Para trader pasar kripto memandang berbagai sentimen tersebut telah memaksa beberapa investor untuk menutup asetnya di pasar uang kripto. Alhasil, harga turun lebih jauh dan menggiring kapitalisasi pasar ke level yang lebih rendah, sebagaimana dilansir dari Reuters, Kamis (20/5).
“Masih terlalu dini untuk mengatakan rebound saat uang kripto berada di posisi terendah. Apakah kita akan mendapatkan kesempatan untuk bernapas atau aka nada lebih banyak volatilitas yang tersembunyi?” kata Kepala penelitian pialang Pepperstone di Melbourne, Chris Weston hari ini.
Managing Director Q9 Capital di Hong Kong James Quinn menyampaikan, tidak ada bukti pengaruh sentimen akan berdampak panjang di pasar kripto. Dia menilai, aksi ambil untung atau profit taking, berasal dari koin Ether yang sudah mencatatkan kenaikan harga enam kali lipat.
“Saya pikir ini tentang penentuan posisi. Jangka panjang, ini mungkin positif karena perdagangan sangat ramai dari pendatang baru,” kata Quinn.
Kepala penjualan Diginex Justin d’Anethan memprediksi, pergerakan Bitcoin berada di kisaran US$ 30.000 per btc atau sekitar Rp 429 juta. Sepanjang 2021, harga Bitcoin naik sekitar 27%, namun untuk volatilitas hariannya melonjak mendekati 300% pekan ini.
Justin menambahkan, faktor teknis cukup berperan dalam penurunan Bitcoin beberapa hari terakhir. Bahkan, penurunannya lebih cepat setelah anjlok di bawah rata-rata pergerakan 200 hari. Di sisi lain, saat volatilitas pasar uang kripto meningkat, platform perdagangan uang kripto yakni Coinbase dan Binance mengkonfirmasi adanya beberapa masalah layanan.
“Mereka yang memiliki lebih banyak pengalama di pasar kripto mengetahui dua aturan utama yakni, jangan terpengaruh dan tahu harga rata-rata yang harus dibayar,” kata pedagang independent berbasis di London, Milko Markov yang mengaku telah membeli Ether.
Berdasarkan data Coinmarketcap.com pukul 18.18 WIB harga Bitcoin sudah kembali ke level US$ 40.241 per btc setara Rp 575,4 juta dengan kapitalisasi pasar sebanyak US$ 731,9 miliar. Disusul dengan harga Ethereum di level US$ 2.706 per eth atau sekitar Rp 38,69 juta dengan kapitalisasi terbesar kedua yakni US$ 301,2.
Selanjutnya, ada Tether yang menanjak dari poisis kelima menjadi koin dengan kapitalisasi pasar terbanyak ketiga yakni US$ 58,1 miliar dan berada di harga US$ 1 per eth atau Rp 14.300.