Perusahaan dagang uang kripto Indonesia, Tokocrypto tengah menjajaki potensi untuk menjadi perusahaan publik atau initial public offering (IPO) dalam 2-3 tahun ke depan. CEO Tokocrypto Pang Xue Kai menyampaikan, fokus perusahaan ke depan adalah mengembangkan bisnis lebih lanjut dan beroperasi luas di wilayah Indonesia.

“Saya mengatakan dua tahun, karena kami harus menguntungkan, setidaknya lebih dari dua tahun sebelum listing. Kami sudah untung sekarang,” kata Kai dilansir dari Nikkei Asia, Rabu (2/6).

Didirikan sejak 2018, Tokocrypto telah mencatatkan keuntungan tahunan sebanyak US$ 10 juta hingga saat ini. Capaian tersebut diperoleh dari biaya transaksi 0,1% yang dikenakan pada volume perdagangan di platform transaksi uang kripto tersebut.

Kai menilai masih terlalu dini untuk membahas IPO, mengingat rencana tersebut baru akan dieksekusi dalam 2-3 tahun ke depan. Untuk saat ini, pihaknya sedang memantau perkembangan kondisi pasar, meningkatkan skala bisnis, dan membangun tim serta produk.

“Tapi referensi terdekat adalah Coinbase (platform uang kripto)dari Amerika Serikat (AS),” ujarnya.

Sebagai informasi, Coinbase melakukan go public melalui proses IPO pada pertengahan April 2021. Dengan begitu, saat ini cryptocurrency exchange tersebut resmi terdaftar di bursa saham New York.

Tokocrypto lahir dari grup penggemar crypto yang memiliki keyakinan kuat akan contoh dan manfaat yang ditawarkan teknologi blockchain kepada masyarakat. Tokocrypto juga didukung perusahaan pertukaran uang kripto Binance dan QCP Capital, serta diatur melalui Kementerian Perdagangan Indonesia (Kemendag), melalui Badan Pengawas Perdagangan Berjangka (Bappebti).

Bulan lalu, Tokocrypto meluncurkan penawaran token (TKO) di platform Binance. Sekitar 200 ribu orang berpartisipasi dalam penawaran tersebut dan mencatatkan nilai transaksi sekitar US$ 4,2 miliar. Saat ini, Tokocrypto memiliki TKO sekitar US$ 1 miliar dari 800 ribu pengguna. Bahkan, perusahaan tersebut mengklaim selalu mendapatkan pengguna baru setiap lima detik.

Adapun TKO dapat digunakan pada program keuangan desentralisasi (DeFi), seperti TKO Deposit, TKO Sacing dan TKO Cashback. Harapannya, TKO bisa menjadi tulang punggung pasar NFT (TKONFT Arcade) atau token yang tidak dapat dipertukarkan, sekaligus gerbang pembayaran antara pencipta kripto dan audiens. TKO NFT Arcade merupakan pasar untuk koleksi digital dan aset kreatif dari seniman baru.

Sementara itu, Tokocrypto juga mendapatkan pendanaan US$ 6 juta dari sejumlah investor, termasuk Pantera Capital dan Intudo Ventures. Dana tersebut, rencananya akan digunakan untuk membangun kesadaran merek (brand awareness), meningkatkan jumlah karyawan dan mengembangkan fitur baru.

Mengutip Nikkei Asia, disampaikan nilai perdagangan aset kripto di Indonesia mencapai Rp 64 triliun atau sekitar US$ 4,44 miliar di 2020. Namun, dalam dua bulan pertama tahun ini, angka tersebut diklaim tembus Rp 6 triliun.

Sementara itu itu, jumlah trader cryptocurrency di Indonesia diperkirakan mencapai 4 juta. Pengamat indystri memprediksi, jumlah tersebut masih akan tumbuh, mengingat total penduduk Indonesia saat ini mencapai 275 juta jiwa.

Adapun tantangan terbesar yang dihadapi pelaku industri uang kripto Indonesia saat ini adalah, kurangnya pemahaman dan kesaran terkait teknologi blockchain. Selain itu, kripto juga tidak diakui sebagai alat pembayaran dan masuk kategori aset atau komoditas yang diperdagangkan di bursa berjangka.

Sebelumnya, Direktur Utama Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) Stephanus Paulus masih optimistis bursa pasar fisik kripto Indonesia bisa diliris tahun ini. Saat ini, pihaknya masih menunggu izin dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti). 

“Semoga (terealisasi tahun ini), sekarang masih dalam proses perizinan. Mungkin sudah mendekati,” kata Paulus saat dikonfirmasi Katadata.co.id, Kamis (27/5).