Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai transformasi digital di industri perbankan seharusnya berangkat dari bank kecil atau perusahaan baru, alih-alih migrasi dari bank besar yang sudah ada. Pasalnya, desain struktur organisasi bank konvensional dan bank digital berbeda.
"Pernah ada satu penelitian, ternyata untuk membuat bank digital, bukan dari migrasi bank existing. Justru berangkat dari membuat baru," kata Kepala Eksekutif Group Inovasi Keuangan Digital OJK Triyono Gani dalam webinar, Selasa (22/6).
Triyono tidak berpikir, jika bank mempertahankan orang lama dengan struktur dan gaya bekerja yang lama, bisa menjadi bank yang sepenuhnya digital. Menurutnya, bank besar masih bisa mentransformasikan layanan digital, tetapi tidak untuk menjadi sepenuhnya digital.
"Jadi digital bank dalam arti biasa, itu OK, tapi kalau digital banking saya tidak terlalu percaya bisa," katanya menambahkan.
Ia menyadari sumber daya manusia yang sudah ada di bank besar konvensional sangat berat untuk konversi menjadi 100% bank digital. Menurutnya, bank konvensional akan menjadi warisan, sementara bank digital menjadi unit usaha yang lebih segar.
Meski definisi terkait bank digital belum ada karena peraturannya masih dalam kajian, beberapa calon bank digital memang berasal dari transformasi bank kecil. Seperti Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang mentransformasi anak usahanya, BRI Agroniaga, untuk menjadi bank digital.
"Itu sangat ringan daripada BRI yang jadi full digital, itu agak sulit. Strateginya akan mulai dengan bank kecil, kemudian dikonversi full digital, lalu menjadi besar. Ini yang sangat mungkin dilakukan," katanya.
Tidak hanya itu, Mega Corpora yang merupakan pemegang saham Bank Mega pun memilih untuk mengakuisisi Bank Harda Internasional untuk ditransformasi menjadi bank digital. Contoh lainnya, Akulaku Silvrr yang mengakusisi Bank Yudha Bhakti dan mentransformasi menjadi Bank Neo Commerce.
Bankir senior Jerry Ng yang merupakan pengembang aplikasi Jenius di Bank BTPN, pernah menjelaskan alasan mengakuisisi Bank Artos (kini dikenal dengan Bank Jago) untuk ditransformasi menjadi bank digital. Jerry Ng melalui Metamorfosis Ekosistem Indonesia menjadi pengendali Bank Jago sebesar 29,8%.
"Lebih mudah membangun rumah baru dari pada merenovasi," kata Jerry dalam acara Indonesia Data and Economic Conference 2021 yang bekerja sama dengan East Ventures, Selasa (23/3).
Menurutnya melakukan perubahan, menambah, atau membangun teknologi di atas teknologi yang sudah ada sebelumnya, jauh lebih susah dibandingkan dengan membangun dari nol. "Jadi sebetulnya pemilihan dari pada Bank Artos, merupakan suatu keputusan yang strategis," katanya.
Alasan lain yang diungkap oleh Jerry Ng, karena bank kecil ini hanya memiliki tujuh kantor cabang di seluruh Indonesia. Jerry memang ingin memiliki bank tanpa kantor cabang sebagai bagian dari transformasi digital. Bahkan, saat ini jumlah kantor cabang Bank Jago hanya tinggal tiga kantor.