Pengamat aset kripto dan Editor Senior Republik Rupiah, David Setiawan memprediksi pergerakan mata uang kripto hingga akhir tahun masih dihadapkan berbagai tantangan. Bahkan, tren harga aset kripto diperkirakan turun lebih dari 60% hingga akhir tahun.

“Sekarang justru jadi waktu yang tepat untuk masuk, investor bisa lakukan strategi beli saat harga tenang, bukan saat harga sedang volatile (naik turun). Ini untuk strategi longterm (jangka panjang),” kata David dalam webinar Keseimbangan Keuangan yang diselenggarakan Treasury, Kamis (1/7).

Melansir coinmarketcap.com, hingga Kamis (1/7) kapitalisasi pasar (market cap) aset kripto dunia mencapai US$ 1,38 triliun. Angka tersebut meningkat sekitar 78% dari capaian awal 2021 yakni US$ 776,02 miliar.

Untuk jangka panjang, David optimistis industri aset kripto masih berada dalam tren bullish (meningkat). Menurut dia, Bitcoin dan Ethreum bisa menjadi pertimbangan pilihan koin kripto ke depan, mengingat kapitalisasi pasar kedua aset tersebut merupakan yang terbesar.

Pasokan Bitcoin yang hanya dibatasi 21 juta, menjadikan koin yang satu ini memiliki fundamental yang cukup baik. Seperti rumus ekonomi, saat permintaan meningkat dan pasokan terbatas maka harga akan mengalami kenaikan.

Adapun untuk propsek Ethereum diprediksi masih akan menarik dan diuntungkan dengan luasnya pengembangan aplikasi. Bahkan, koin satu ini berencana untuk memperbarui (upgrade) jaringan blockchain-nya menjadi ETH 2.0.

Blockchain merupakan sistem penyimpanan data digital yang terhubung banyak server (multiserver) dan kerap diibaratkan sebagai buku besar digital.

Di sisi lain, Ketua Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI) Oham Dunggio menilai, literasi masyarakat tentang blockchain dan uang kripto dinilai sebagai hal yang penting saat ini. Apalagi, sebagai industri baru aset kripto dihadapkan pada fluktuasi harga yang tinggi karena berbagai faktor dan regulasi.

ABI melaporkan, sebanyak 22 perusahaan pedagang uang kripto sudah bergabung menjadi anggota asosiasi. Sementara itu, data Kementerian Perdagangan (Kemendag) menunjukkan jumlah pemain uang kripto di Indonesia naik 62,5% menjadi 6,5 juta orang pada Mei 2021. Akhir 2020, jumlah pemain uang kripto baru 4 juta orang.

Adapun kategori investor yang mendominasi perdagangan kripto di Indonesia datang dari Gen-Z dan milenial. Di mana, sebaran terbanyak berasal dari Jakarta, Bali, Surabaya, Batam dan Bandung, dengan volume perdagangan mencapai 1,7 triliun per hari.

“Seiring perkembangan ekosistem cryptocurrency (mata uang kripto), ABI berharap literasi masyarakat Indonesia mengenai cryptocurrency dan trading dapat meningkat,” kata Oham dalam keterangan resminya, Kamis (1/7).

Untuk itu, ABI juga mendorong peningkatan literasi masyarakat melalui beragam platform.