Platform pembayaran digital OVO bersama platform finansial dan investasi Bareksa, menggandeng manajer investasi Syailendra Capital luncurkan produk investasi syariah. Reksa Dana Syariah Syailendra OVO Bareksa Tunai Likuid atau Reksa Dana Syariah SOBAT Likuid ini menawarkan imbal hasil 3%-6% per tahun.
Diakses langsung melalui aplikasi OVO, produk Reksa Dana Syariah SOBAT Likuid diklaim sebagai reksa dana pasar uang syariah pertama yang bisa dicairkan secara instan ke uang elektronik (e-money). Harapannya, dengan kemudahan tersebut mampu mendorong ekonomi Syariah Tanah Air semakin berkembang.
Reksa Dana Syariah Syailendra OVO Bareksa Tunai Likuid akan fokus pada pengelolaan aset-aset syariah sesuai tata kelola produk investasi syariah. Meskipun dapat dimiliki dengan biaya yang minim, produk justru menawarkan bagi hasil investasi yang lebih tinggi dari produk deposito dengan target bagi hasil mulai dari 3% hingga 6%.
Head of OVO Invest Hadibrata Mantik menjelaskan, pengguna OVO bisa mulai berinvestasi hanya dengan Rp 10.000. “Ada juga fitur pencairan secara cepat, yang memungkinkan investor mencairkan investasi mereka ke saldo OVO Cash dengan sangat cepat, sehingga nyaman digunakan untuk pembayaran transaksi uang elektronik.” kata Mantik dalam keterangan resminya kemarin.
Perkembangan gaya hidup syariah di negara mayoritas Muslim, termasuk Indonesia terus bertumbuh dari tahun ke tahun. Potensi Indonesia untuk menjadi negara ekonomi syariah juga sudah mulai terlihat progresif. Menurut laporan Global Islamic Economy Report, permintaan akan produk dan layanan yang berbasis syariah meningkat cukup signifikan. Ekonomi syariah di Indonesia meningkat dari posisi ke 10 pada 2018 menjadi posisi ke 4 pada 2020.
Hal tersebut sejalan dengan survei yang dilakukan OVO, di mana setidaknya 40% pengguna OVO menyatakan ketertarikannya untuk berinvestasi produk berbasis syariah di aplikasi OVO.
“Kehadiran produk baru memberikan pilihan yang beragam bagi pengguna OVO dalam berinvestasi,” ujarnya.
Direktur Syailendra Capital Harnugama menjelaskan hingga akhir Desember 2020, Syailendra Capital memiliki total dana kelolaan (AUM) lebih dari Rp 25 triliun. Capaian tersebut, termasuk dana kelolaan dari produk reksadana pendapatan tetap (RDPT) dan kontrak pengelolaan dana (KPD).
Menurut dia, produk reksa dana pasar uang syariah mendapat antusiasme dari investor ritel, serta minim risiko dan mudah dimanfaatkan investor saat bertransaksi online.
“Dengan nilai beli yang terjangkau, harapannya produk dapat menjadi jawaban bagi kebutuhan investasi masyarakat,” kata Harnugama.
Chief Research and Business Development Officer Bareksa Ni Putu Kurniasari menjelaskan, perkembangan industri reksadana syariah sepanjang dua tahun terakhir cukup pesat. Itu tercermin dari data dana kelolaan dan pangsa pasar industri.
"Minat masyarakat terhadap reksadana berbasis syariah cukup besar dan semakin berkembang. Ke depan, potensinya lebih besar lagi mengingat Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar,” kata Putu.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, nilai dana kelolaan reksadana syariah mencapai Rp 77,5 triliun per April 2021, tumbuh lebih dari dua kali lipat dibandingkan Rp 34,5 triliun per akhir 2018. Di samping itu, pangsa pasar reksadana syariah juga berkembang menjadi 13,65% akhir April 2021. Angka ini melesat dibandingkan catatan akhir 2018 yang hanya 6,82%.
Perencana keuangan Prita Hapsari Ghozie, GCertFP, CFP menilai, ekonomi syariah sudah bukan lagi menjadi tren tapi sudah menjadi gaya hidup sebagian masyarakat Indonesia. “Melihat pesatnya perkembangan ekonomi syariah di Indonesia, akan semakin banyak orang mulai beralih ke produk-produk Syariah,” katanya.
Menurut Prita, reksa dana pasar uang syariah bisa menambah referensi masyarakat yang ingin berinvestasi. Semakin banyaknya pilihan, tentu masyarakat akan lebih mudah menentukan mana instrumen investasi yang cocok untuk mereka. Selain itu, masyarakat akan semakin teredukasi dan cerdas dalam berinvestasi.