Survei Perbankan Bank Indonesia memprediksi kredit baru pada kuartal III tumbuh lebih tinggi dibandingkan kuartal kedua. Responden survei menilai, penerapan PPKM Darurat tidak akan mempengaruhi kinerja beberapa jenis kredit.
Peluang pertumbuhan kredit baru pada kuartal III tercermin dari perhitungan BI terhadap prediksi nilai SBT kuartalan sebesar 87,1%, lebih tinggi dari kuartal II sebesar 53,9%. Nilai SBT tersebut bahkan tumbuh hampir tiga kali lipat dibandingkan kuartal I 30,4%.
"Peningkatan tersebut akan didorong oleh kredit modal kerja, diikuti oleh kredit konsumsi dan kredit investasi." kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resminya, Senin, (19/7).
Survei BI mengindikasikan, penyaluran kredit konsumsi akan didorong oleh pertumbuhan kredit pemilikan rumah dan apartemen (KPR/KPA). Kredit kendaraan bermotor dan mulitiguna juga akan tumbuh pada Juli-September.
Proyeksi peningkatan penyaluran kredit ini tak lepas dari kebijakan perbankan yang semakin longgar pada Juli hingga September. Hal ini sebagaimana terindikasi dari indeks lending standard (ILS) kuartal III sebesar 0,3% lebih rendah dari kuartal sebelumnya sebesar 1,2%.
Dalam perhitungan BI, semakin kecil persentase ILS maka semakin longgar kebijakan penyaluran kredit perbankan. Sebaliknya semakin tinggi perentasenya, maka semakin ketat kebijakannya.
Penurunan ILS ini terjadi pada dua jenis kredit, yalni ILS kredit investasi yang turun dari 3,1% menjadi 1,1% dan kredit modal kerja yang turun dari 3% menjadi 1,1%. Nilai ILS untuk kredit perumahan dan apartemen masih akan longgar di level -9,8%. Sedangkan kredit konsumsi lainnya mengetat dari -2,2% menjadi 0,9%, diikuti kredit UMKM yang berubah dari 0% menjadi 0,7%.
Di sisi lain, survei turut memprediksikan kenaikan dana pihak ketiga (DPK) pada kuartal III. Hal ini tercermin dari SBT DPK yang akan tumbuh 75,1%, lebih tinggi dibandingkan capaian kuartal II sebesar 42,4%.
Pertumbuhan DPK didorong oleh tabungan dengan SBT tertinggi sebesar 63,9%, disusul deposito 51,8% serta giro 36,6%.
Para bankir yang menjadi responden survei optimistis penyaluran kredit tumbuh 6,3% pada tahun ini, lebih baik dibandingkan tahun lalu yang minus 2,4%. Membaiknya penyaluran kredit baru tahun ini akan didorong oleh optimisme terhadap kondisi moneter dan ekonomi, serta risiko penyaluran kredit yang relatif terjaga.
Sebaliknya, pertumbuhan DPK secara tahunan diproyeksikan melambat. Hal ini tercermin dari SBT prakiraan DPK tahun 2021 sebesar 81,2%, lebih rendah dibandingkan 88,0% pada tahun lalu. Menurunnya kinerja pertumbuhan DPK tersebut dipengaruhi oleh kondisi likuiditas bank serta meningkatnya fasilitas dan pelayanan jasa bank.
Survei BI juga melaporkan penyaluran kredit baru pada kuartal II berhasil tumbuh positif. Hal ini tercermin dari nilai SBT permintaan kredit baru sebesar 53,9%. Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit untuk modal kerja berhasil tumbuh lebih baik dengan nilai SBT 45%, disusul kredit konsumsi sebesar 31,1% serta kredit investasi 13,1%.
Pertumbuhan kredit konsumsi, antara lain ditopang oleh penyaluran KPR yang memiliki nilai SBT 58,1%. Disusul kredit multiguna 36,9%, kartu kredit 34,8%, kredit tanpa agunan 13,4%, sedangkan kredit kendaraan bermotor minus 2,5%.
Sementara secara sektoral, pertumbuhan kredit didorong oleh sektor pertanian, perburuan dan kehutanan dengan nilai SBT sebesar 55,4%. Pertumbuhan kredit juga disumbang sektor perdagangan besar dan eceran, serta industri pengolahan masing-masing 45,1% dan 20,8%.