Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai kinerja sektor keuangan belum memuaskan. Sumbangan sektor keuangan terhadap Produk Domestik Bruto di Indonesia paling rendah dibandingkan empat negara ASEAN lainnya.
"Dihitung dari sisi indikator aset sektor keuangan terhadap PDB, yakni aset perbankan, kapitalisasi pasar modal, aset dari industri asuransi, maupun aset dana pensiun semuanya dalam rasio terhadap PDB, Indonesia paling rendah dibandingkan Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina." kata Sri Mulyani dalam diskusi virtual, Selasa, (3/8).
Sri Mulyani menilai, literasi keuangan masyarakat yang baik dapat menjadi solusi terhadap masalah ini. Literasi keuangan dapat mendorong semakin banyak masyarakat memahami instrumen investasi dan berkontribusi memperdalam sektor keuangan.
Ia juga menyebut, perbankan yang mendominasi sektor keuangan juga menunjukkan kerentanan lantaran pasar hanya mengandalkan satu sektor. Padahal dalam kondisi pandemi, menurut dia, kinerja perbankan justru tidak begitu menjanjikan, tercermin dari pertumbuhan signifikan pada dana pihak ketiga (DPK) tetapi penyaluran kredit lambat.
OJK mencatat, kredit perbankan pada Juni 2021 sebesar Rp67,39 triliun atau berhasil tumbuh 0,59% secara tahunan. Kendati demikian ini jauh lebih lambat jika dibandingkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) pada periode yang sama berhasil tumbuh 11,28%.
"Adanya pandemi membuat sektor perbankan melakukan konsolidasi dan restrukturisasi kredit sehingga credit growthnya menjadi negatif maka sektor keuangan 76% dalam situasi yang belum berkontribusi untuk pemulihan saat ini secara kuat." ujarnya.
Di sisi lain, sektor pasar modal menunjukkan optimisme terlihat dari ramainya perusahaan yang berencana malakukan penawaran perdana (IPO). Meski demikian, hal ini belum dapat menolong pemulihan sektor keuangan yang signifikan karena kapitalisasi pasarnya jauh lebih kecil dibandingkan perbankan.
Ototritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, penghimpunan dana di pasar modal hingga 27 Juli 2021 telah mencapai nilai Rp 116,6 triliun atau meningkat 211% dari periode yang sama tahun lalu. Terdapat 27 emiten baru yang berhasil melantai di bursa saham. Selain itu, masih terdapat 86 emiten lagi yang mempersiapkan IPO dengan nilai sebesar Rp 54,2 trliun.
Demikian juga dengan dana pensiun dan asuransi. Minat masyarakat yang masih rendah untuk masuk ke instrumen keuangan ini dianggap memiliki implikasi yang kuat terhadap kemampuan pengawasan dan regulasi, khususnya terkait keamanan berinvestasi. Karena itu sektor ini juga perlu dilakukan perbaikan.
Pada sesi yang sama, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mendorong masyarakat untuk masuk ke sektor keuangan yang lebih luas, salah satunya pasar modal. Keterlibatan masyarakat sebagai investor ritel dapat membantu memperkuat sektor keuangan domestik.
"Ini tentu akan membuat sistem keuangan lebih tahan menghadapi dampak rentetan global yang tentu saja penuh dengan ketidakpastian, termasuk antisipasi untuk tapering The Fed maupun bank sentral lain." kata Perry.