Harga Bitcoin sukses menembus level US$ 50.000 per btc atau setara Rp 725 juta pada perdagangan awal pekan ini (23/8) sejak pertengahan Mei. Capaian tersebut sekaligus meningkatkan harapan pelaku pasar harga Bitcoin bisa tembus US$ 100 ribu per btc di jangka panjang. 

Melansir Bloomberg, koin kripto dengan kapitalisasi terbesar itu naik 3,5% ke level US$ 50,093 per btc di perdagangan Asia, Senin (23/8). Tak hanya Bitcoin, koin lainnya seperti Ether, ADA Cardano juga mengalami peningkatan.

Berdasarkan data Coinmarketcap.com, harga Bitcoin awal pekan ini naik 2,97% dalam 24 jam terakhir di level US$ 50.253 per btc. Sedangkan untuk Cardano tercatat naik 12,32% ke level US$ 2,81 per ADA, dan Ethereum naik 3,73% ke level US$ 3.343 per ETH, Senin (23/8).

Tren kenaikan mata uang kripto berhasil membangkitkan semangat pelaku pasar uang kripto jelang akhir tahun 2021. Pelaku pasar memprediksi di jangka panjang harga Bitcoin bisa menyentuh US$ 100 ribu per btc atau lebih tinggi. Kondisi tersebut membuat aset spekulatif dan fluktuatif terus bergerak pada rentang yang lebih luas pada perdagangan saat ini.

"Bitcoin semakin mendekati akhir yang lebih tinggi dari apa yang kami harapkan, dengan kisaran perdagangan di US$ 40.000 hingga US$ 50.000 sebagai level rendahnya,” kata Chief Executive Officer Bensignor Investment Strategies Rick Bensignor dalam sebuah catatan, Senin (23/8).

Bitcoin hampir mencapai rekor US$ 65.000 pada April 2021, didorong tingginya gelombang likuiditas, fast money, serta optimisme pelaku pasar terkait meningkatnya permintaan dari investor institusional.  Pemulihan harga uang kripto tercermin dari naiknya nilai transaksi di 9.000 token digital yang dilacak oleh CoinGecko, yang mencapai US$ 2,2 triliun dari sebulan yang lalu hanya US$1,2 triliun.

Sebelumnya, Kapitalisasi pasar dunia untuk mata uang kripto alias cryptocurrency kembali menembus level US$ 2 triliun atau sekitar Rp 29.000 triliun untuk pertama kalinya sejak Mei 2021. Kenaikan tersebut didukung rebound atau kenaikan kuat harga Bitcoin dan beberapa koin kripto lainnya.

Melansir Coinmarketcap.com, kapitalisasi pasar atau market cap uang kripto bertahan di atas level US$ 2 triliun, tepatnya di level US$ 2,144 triliun pada Senin (23/8). Pada 9 Mei lalu, kapitalisasi pasar uang kripto berada di level puncaknya yakni US$ 2,43 triliun.

Di sisi lain, pernyataan kritis muncul terkait dampak lingkungan dari energi yang dikonsumsi komputer yang mendukung aktivitas penambangan Bitcoin. Sementara itu, Tiongkok mengeluarkan larangan keras  transaksi cryptocurrency yang menyebabkan harga kripto tertekan di 2021. Bahkan, harga Bitcoin sempat turun di bawah US$ 30.000 setelah.

Sepanjang 2021 pergerakan harga aset kripto bergerak sangat fluktuatif. Awal tahun ini, harga aset kripto cenderung mengalami kenaikan signifikan berkat langkah stimulus ekonomi yang digelontorkan beberapa negara. Kondisi tersebut membuat pasar keuangan kebanjiran likuiditas dan mendorong investor untuk melirik aset kripto sebagai alternatif pilihan investasi mereka.

Namun, dalam hitungan bulan juga harga aset kripto merosot, khususnya pada Mei dan Juni saat Bos Tesla Elon Musk mengkritik penggunaan energi Bitcoin. Menurut Musk, aksi penambangan Bitcoin tidak ramah lingkungan karena membutuhkan listrik skala besar. Di sisi lain, Tiongkok juga mengeluarkan aturan keras yang melarang industri keuangan mentransaksikan aset kripto.

Melansir Insider.com, analis masih mencari penyebab utama kenaikan aset kripto saat ini. Beberapa berpendapat bahwa komentar Musk kembali menjadi katalisator, salah satunya pada konferensi Bitcoin yang digelar Juli lalu. Bos Tesla tersebut kembali mengumumkan kalau perusahaannya akan menerima kembali transaksi dalam bentuk Bitcoin sebagai alat pembayaran setelah lebih ramah lingkungan.