Aset menjadi sesuatu yang penting untuk dimiliki, baik oleh individu maupun suatu perusahaan. Secara umum, aset dapat diartikan sebagai sesuatu yang memiliki nilai tukar, modal, atau kekayaan. Beberapa orang juga mengartikan aset sebagai sumber ekonomi yang akan mendatangkan manfaat di masa mendatang.
Dalam bidang akuntasi, aset diartikan sebagai kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan ketika melakukan proses operasinya. Dalam praktik akuntansi, nilai aset suatu perusahaan akan tetap dievaluasi dan dicantumkan dalam laporan keuangan.
Aset dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian. Berdasarkan keberadaan fisiknya, aset dibagi menjadi dua yaitu aset berwujud dan tak berwujud.
Aset berwujud berupa tanah, bangunan, uang, emas, kas, alat-alat kantor, surat berharga, barang dagang, mesin, dan berbagai benda yang wujudnya bisa dilihat atau dirasakan. Sementara, aset tak berwujud dapat berupa merek dagang, hak paten, kekayaan intelektual, hak cipta, dan sebagainya.
Aset memiliki tiga sifat utama, yaitu sebagai suatu sumber daya yang dapat dimanfaatkan, memiliki nilai ekonomi sehingga dapat diperjual-belikan, dan menjadi wujud kekayaan seseorang atau perusahaan yang bisa dikonversikan menjadi uang tunai.
Jika dilihat dari kegunaannya, aset dibagi menjadi dua, yaitu aset operasi dan non operasi. Aset operasi bisa dipergunakan untuk keperluan operasi sehari-hari, sementara aset non operasi tidak bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Aset suatu perusahaan dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu aset tetap, aset tidak tetap, dan aset lancar. Dihimpun dari berbagai sumber, berikut penjelasannya.
1. Aset Tetap
Aset tetap merupakan jenis aset yang bersifat jangka panjang dan tidak akan diperjual-belikan dalam waktu singkat. Kata “tetap” merujuk pada kondisi suatu barang tidak dijual dalam waktu lama. Aset ini merupakan properti yang dimiliki oleh perusahaan yang nantinya bisa dipergunakan untuk memperoleh penghasilan. Aset tetap berbeda dengan inventaris. Aset jenis ini bersifat penting bagi perusahaan yang hanya dibeli atau disewa satu kali dalam jangka waktu yang cukup lama.
Aset tetap umumnya dimiliki perusahaan untuk keperluan sendiri atau disewakan ke pihak lain. Adapun ciri-ciri aset tetap, antara lain bisa menyusut atau punya depresiasi dan amortisasi (untuk aset berwujud), bersifat disposisi apabila aset tersebut dibuang. Selain itu, aset ini juga punya penurunan nilai jika berada di bawah nilai buku bersih.
Ada beberapa kriteria yang merujuk pada aset tetap, salah satunya memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun yang biasanya muncul pada bagian properti, pabrik, dan peralatan apabila ditulis dalam neraca perusahaan.
Selain itu, aset tetap juga punya kriteria bisa digunakan dalam operasi bisnis dan memberikan keuntungan finansial jangka panjang. Namun aset ini dapat disusutkan, sebab mencerminkan depresiasi ketika aset terus-menerus dipergunakan.
Aset tetap juga terbilang aset yang tidak likuid. Semisal di suatu kondisi perusahaan membutuhkan pembayaran atas suatu beban, aset tetap tidak digunakan sebagai pembayaran. Terlebih aset ini juga cenderung sulit untuk dikonversi menjadi uang kas.
Adapun contoh aset tetap, antara lain:
- Tanah
Tanah menjadi aset penting dalam operasional perusahaan. Tanah biasanya ditulis dengan nilai tetap pada laporan keuangan perusahaan.
- Bangunan
Nilai bangunan milik suatu perusahaan bisa mengalami peningkatan. Namun, risiko kerusakan dan renovasi yang membutuhkan biaya juga akan selalu mengintai.
- Mesin
Walaupun menjadi aset tetap, nilai mesin yang digunakan perusahaan punya kemungkinan mengalami penyusutan. Terlebih apabila mesin mengalami kerusakan dan membutuhkan biaya reparasi yang besar.
Selain yang disebutkan di atas, contoh aset tetap lainnya yaitu furnitur dan kendaraan. Keduanya juga sama-sama berisiko mengalami penyusutan nilai dan perbaikan akibat kerusakan.
2. Aset Tidak Tetap
Aset tidak tetap juga biasa disebut aset tak berwujud lantaran jenis aset ini tidak memiliki bentuk yang bisa dilihat dan dirasakan. Biasanya, aset ini dimiliki untuk tujuan administrasi.
Bagi perusahaan, manfaat dari aset tak berwujud bisa didapatkan dalam waktu yang lumayan panjang, serta nilai yang ditawarkan juga sangat besar dibandingkan modal yang dimiliki.
Aset tidak tetap memiliki beberapa kriteria, salah satunya tidak berwujud. Apabila ada wujudnya setidaknya dalam bentuk dokumen yang menyatakan kepemilikan atas suatu aset tertentu.
Aset ini bukan merupakan instrumen keuangan yang bisa dipergunakan perusahaan untuk melunasi beban-beban pembayaran perusahaan. Aset tidak tetap juga bersifat jangka panjang dan memiliki masa manfaat yang cenderung lama bagi perusahaan dan berupa dokumen yang bisa diklaim nilainya.
Adapun contoh aset tidak tetap, yakni franchise; hak menjual suatu merek kepada pihak lain agar bisa menjalani usaha atas nama merek tersebut, goodwill, dan hak merek.
3. Aset Lancar
Selain aset-aset di atas, ada pula aset lancar. Aset ini merupakan aset yang dimiliki suatu perusahaan yang bisa dicairkan menjadi uang tunai. Artinya, aset lancar dapat diukur dengan satuan nilai mata uang. Adapun contoh aset lancar, antara lain: uang tunai, surat berharga, piutang, persediaan, dan biaya dibayar di muka sehingga tidak membebani perusahaan di akhir periode.
4. Aset Tidak Lancar
Aset tidak lancar merupakan sesuatu yang cukup fundamental bagi perusahaan, karena tidak bisa dicairkan langsung menjadi uang tunai. Pada laporan keuangan perusahaan, jenis aset ini punya teknik pencatatan yang terbilang cukup kompleks. Selain itu, proses menjual kembali aset tidak lancar juga memakan waktu cukup lama. Adapun jenis-jenis aset tidak lancar, yaitu: aset tetap, aset tidak berwujud, dan investasi jangka panjang.
Aset lancar dan aset tidak lancar dapat dibedakan dari segi waktu yang digunakan untuk mengubahnya menjadi uang tunai. Aset lancar bisa dicairkan dalam jangka waktu kurang dari 12 bulan. Sementara, aset tidak lancar hanya bisa dikonversi dalam jangka waktu 12 bulan atau lebih.
Aset lancar dibeli sebagai sarana membiayai kegiatan operasional perusahaan. Sementara, aset tidak lancar dibeli dengan tujuan disimpan atau untuk mendukung proses produksi dalam jangka waktu yang cukup lama.