BRI Jual Saham Baru Bernilai Jumbo Rp 95 T, Bagaimana Prospeknya?

Agung Samosir|KATADATA
Gedung Bank Rakyat Indonesia
Penulis: Lavinda
2/9/2021, 13.26 WIB

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI akan menerbitkan 28,21 miliar saham baru atau 18,62% dari total modal perusahaan. Aksi menambah modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMTED) atau rights issue ini dilakukan sebagai bagian dari upaya pembentukan Holding Ultra Mikro. 

Bank pelat merah ini telah menetapkan harga pelaksanaan saham Seri B tersebut Rp 3.400 per saham. Untuk setiap 1 miliar saham yang ada akan diberikan juta hak saham baru. 

Pemerintah akan berpartisipasi melalui penukarang (inbreng) saham PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) senilai Rp 54,77 triliun. Masyarakat akan berpartisipasi melalui pembayaran tunai sebesar Rp 41,15 triliun. Dengan demikian, jumlah dana dan hasil inbreng yang akan diterima BRI dalam rights issue kali ini maksimal Rp 95,92 triliun.

Menanggapi aksi korporasi ini, Analis PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Handiman Soetoyo menyampaikan rights issue emiten berkode saham BBRI ini adalah kesempatan bagi investor untuk membeli saham dengan harga yang menarik.

Dia meyakini konsolidasi Pegadaian dan PNM akan menjadi pendorong pertumbuhan baru bagi BRI. Ditambah lagi dengan permodalan yang lebih kuat pasca rights issue.

"Kami mempertahankan rekomendasi Trading Buy kami di BBRI dengan target harga Rp4,450, menyiratkan price to book value 2021 sebanyak 2,5 kali," ujar Handiman dalam hasil risetnya, Kamis (2/9).

Berdasarkan kinerja semester I 2021, menurut Handiman, konsolidasi Pegadaian dan PNM ke dalam BRI akan meningkatkan total pendapatan dan laba bersih BRI sebesar 11,4% dan 13%. Namun, rasio laba per saham atau earning per share (EPS) akan terdilusi sebesar 8,1%. Tingkat pengembalian ekuitas atau return on equity (RoE) akan terdilusi dari 13% menjadi 9,8%.

Meskipun dampak jangka pendeknya agak negatif, dia menilai dampaknya akan positif dalam jangka panjang. Rights issue akan meningkatkan permodalan BRI secara signifikan. Hal itu akan memberikan ruang yang cukup untuk pertumbuhan kredit.

"BBRI menyatakan berpotensi mencapai pertumbuhan kredit sebesar 14% dalam lima tahun ke depan tanpa masalah modal," ujar Handiman.

Berdasarkan prospektus, modal negara akan disetorkan dalam bentuk kepemilikan 99,99% dari seluruh modal Pegadaian atau sejumlah 6,25 juta saham Seri B. Nilai seluruh saham Pegadaian tersebut sebesar Rp 48,67 triliun. Selain itu, pemerintah juga melakukan inbreng dalam bentuk kepemilikan 99,99% dari seluruh modal PNM atau sejumlah 3,79 juta saham Seri B. Nilai seluruhnya sebesar Rp 6,10 triliun.

Jika seluruh pemegang saham melaksanakan haknya dalam rights issue, maka komposisi kepemilikan akan sedikit berubah. Pemerintah yang totalnya memiliki 56,75% saham, setelah rights issue menjadi 56,82%.

Sementara itu, masyarakat yang sebelumnya memiliki 42,64%, setelah rights issue menjadi 42,69%. Sebelum rights issue jumlah saham treasuri 0,61%, setelah rights issue jumlah sahamnya tetap sama tetapi persentasenya turun menjadi 0,49%.

Jika dengan asumsi permodalan rights issue ini hanya diambil oleh pemerintah saja, maka terdapat perubahan cukup signifikan pada persentase kepemilikan. Jumlah kepemilikan saham pemerintah setelah rights issue sama seperti sebelumnya yaitu 4,3 miliar. Bedanya, persentase kepemilikan saham pemerintah menjadi 61,75%.

Dengan asumsi masyarakat tidak ada yang mengambil haknya, maka jumlah saham yang dimiliki masyarakat setelah rights issue tetap 2,62 miliar unit saham, tapi persentasenya turun menjadi hanya 37,72% dari total saham BRI.