Bukopin Tetapkan Harga Saham Baru Rp 200, Incar Dana Rp 7,04 Triliun

ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah/foc.
Suasana pelayanan nasabah di kantor pusat Bank Bukopin, MT Haryono, Jakarta Selatan, Rabu (1/7/2020).
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Lavinda
10/11/2021, 19.52 WIB

PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP) berencana menerbitkan saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 200 per saham melalui skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMTED) atau rights issue.  Dengan asumsi seluruh rights issue dilaksanakan, maka Bukopin akan memperoleh dana maksimal Rp 7,04 triliun.

Berdasarkan prospektus yang diterbitkan, Bank Bukopin berencana menerbitkan sebanyak-banyaknya 35,21 miliar unit saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham.

Kookmin Bank Co., Ltd., selaku pemegang saham utama menyatakan akan melaksanakan seluruh haknya untuk membeli saham baru. Jumlahnya sebesar Rp 4,71 triliun atau 23,59 miliar saham sebagaimana dinyatakan dalam Surat Pernyataan tertanggal 7 Oktober 2021.

Bahkan, Kookmin Bank berkomitmen menjadi pembeli siaga (standby buyer) apabila setelah alokasi pemesanan saham tambahan, masih terdapat sisa saham. Kookmin Bank berkomitmen menyerap sebanyak-banyaknya Rp 700 miliar atau 3,5 miliar saham. Dengan demikian, total komitmen Kookmin untuk menyuntikan dana ke Bukopin pada aksi korporasi ini mencapai Rp 5,41 triliun.

"Jika masih terdapat sisa saham dari jumlah yang ditawarkan, maka sisa saham tersebut tidak akan dikeluarkan Perseroan dari portepel," kata manajemen Bukopin dalam prospektus ringkas dikutip Rabu (10/11).

Kookmin Bank berpotensi memiliki 48,98 miliar saham Bukopin dengan porsi 81,96%, naik dari 67%. Porsi tersebut dengan asumsi hanya Kookmin Bank menyerap seluruh haknya sementara tidak ada pemegang saham yang mengeksekusi rights issue.

Seluruh dana yang diperoleh Kookmin Bank dari hasil rights issue akan digunakan secara bertahap. Alokasi utama akan digunakan untuk investasi dan ekspansi kredit.

Manajemen menjelaskan, sekitar 84% akan digunakan untuk ekspansi kredit baru berkualitas baik, berfokus pada segmen ritel dan jaringan bisnis usaha kecil da, menengah (UKM), komersil, serta jaringan bisnis Indonesia - Korea atau Indonesia-Korea business link.

Manajemen menilai, Indonesia-Korea Business Link merupakan proporsi nilai unik yang dimiliki Bukopin. "Perseroan memiliki akses kepada perusahaan-perusahaan Korea yang mengembangkan bisnisnya di Indonesia," kata manajemen.

Sementara itu, sekitar 16% dana rights issue akan digunakan untuk Investasi dalam kaitannya untuk pengembangan di bidang teknologi informasi. Beberapa di antaranya adalah, mengembangkan Next Generation Banking System dan Digital Banking yang direncanakan diselesaikan dalam 5 tahun, serta rebranding.

Niat menggunakan dana rights issue untuk penyaluran kredit baru berkualitas baik tersebut dilakukan di tengah rasio kredit seret atau non-performing loan (NPL) Bukopin yang membengkak.

Per Juni 2021, rasio NPL gross Bukopin mencapai 8,56%, meningkat dari 5,25% pada periode sama tahun lalu. Sementara, NPL net Bukopin di level 4,92% atau meningkat dari 3,33%.

Meski rasio NPL meningkat, secara konsolidasi laba bersih Bukopin mencapai Rp 162,45 miliar atau meroket 200% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 54,12 miliar. Padahal, pendapatan bunga bersih hanya Rp 458,9 miliar atau turun 47,92% dari Rp 881,17 miliar.

Laba bersih Bukopin meroket karena mengantongi pendapatan lainnya mencapai Rp 1,3 triliun atau meroket 356,53% dari Rp 286,11 miliar. Alhasil, setelah dikurangi sejumlah beban, total laba operasional Bukopin menjadi Rp 233,46 miliar atau meningkat 246,89% dari Rp 67,3 miliar. 

Reporter: Ihya Ulum Aldin