Bank penyalur kredit perumahan, PT Bank Tabungan Negara Tbk atau BTN bersiap kembali menggalang dana dari pasar modal untuk mendorong target bisnis tahun depan. Jalur yang akan ditempuh yakni dengan menerbitkan Efek Beragun Aset (EBA) dan obligasi pada tahun depan.
Strategi tersebut diharapkan dapat menopang target bisnis pada 2022, terutama dalam rangka pemenuhan kebutuhan hunian di Indonesia.
Direktur Finance, Planning, & Treasury Bank BTN Nofry Rony Poetra mengatakan setiap tahun perseroan aktif menghimpun dana dari pasar modal. Namun, kondisi likuiditas yang cukup positif tahun ini membuat Bank BTN menggeser opsi tersebut ke tahun depan.
Tak hanya itu, tahun depan Nofry menyatakan kalau Bank BTN akan menyasar nasabah ritel. Di mana, perusahaan kredit perumahan tersebut melihat potensi besar pada nasabah ritel yang mulai melirik instrumen investasi selain saham.
"Kami akan melanjutkan proses sekuritisasi pada kuartal pertama di 2022. Kami akan menyasar tidak hanya nasabah institusional, tapi juga nasabah ritel yang mulai berinvestasi di EBA ritel," kata Nofry dalam keterangan resminya kepada Katadata.co.id, Jumat (19/11).
Untuk obligasi, Nofry menuturkan pihaknya masih akan memantau arah pergerakan suku bunga acuan. "Kami akan melakukan penerbitan obligasi sebelum bank sentral menaikkan suku bunga acuan," ujarnya.
Berdasarkan paparan public expose Bank BTN, porsi pendanaan perusahaan 85,72 % didominasi dari dana pihak ketiga alias DPK. Sedangkan porsi pendanaan dari surat berharga sekitar 4 % atau Rp 14,5 triliun dari total pendanaan per Juni 2021. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni Rp 18,19 triliun.
Sementara itu, hingga 30 September 2021, perbankan dengan kode emiten BBTN ini mencatatkan pertumbuhan bisnis berkelanjutan. Bank BTN berhasil menyalurkan kredit dan pembiayaan sebesar Rp 270,27 triliun per 30 September 2021 atau naik 6,03% secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 254,91 triliun.
Adapun Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi masih menjadi penopang utama pertumbuhan kredit BBTN, dengan kenaikan sebesar 11,74 % yoy menjadi Rp 129,98 triliun per 30 September 2021. Kemudian, KPR Non-Subsidi juga turut menunjukkan kenaikan di level 2,11 % yoy menjadi Rp 81,88 triliun per 30 September 2021.
Sebelumnya, BTN juga menawarkan kredit perumahan dengan bunga tetap untuk 10 tahun ke depan sebesar 10%. Upaya tersebut menjadi bagian untuk mendukung pemenuhan kebutuhan perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah atau MBR. Bank BTN juga menggelar akad online secara nasional terhadap 600 unit rumah, demi meningkatkan penyaluran Kredit Pemilikan Rumah Subsidi Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (KPR Subsidi BP2BT).
Direktur Consumer and Commercial Lending Bank BTN, Hirwandi Gafar mengatakan untuk memacu penyaluran KPR BP2BT, perusahaan merancang skema baru KPR Subsidi BP2BT dengan menawarkan masa fixed rate hingga 10 tahun, berubah dari sebelumnya hanya 2 tahun. Dengan skema tersebut, masyarakat kelas menengah ke bawah dapat memiliki rumah dengan nilai cicilan yang lebih murah.
Manajemen juga menjelaskan kalau pihaknya terus berupaya menghadirkan fasilitas KPR subsidi sesuai profil kalangan masyarakat menengah ke bawah. “Sepanjang 2021, kami telah merealisasikan sebanyak 2.250 unit KPR BP2BT,” tutur Hirwandi di sela Akad Bersama KPR BP2BT dengan Skema Fixed Rate, Oktober lalu.