Bank-bank milik pemerintah yang tergabung dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) optimistis pemulihan ekonomi terus berlanjut. Sejumlah bank memproyeksi pertumbuhan kredit bisa mencapai dua digit atau 10 % pada 2022.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk memperkirakan penyaluran kredit pada 2022 bisa tumbuh 8 sampai 10 % dibanding realisasi 2021. Adapun kredit akhir tahun ini diproyeksikan tumbuh 6 sampai 7 %.
Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan fokus penyaluran kredit bank milik negara tetap pada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Sektor pertanian, perburuan, dan kehutanan memiliki prospek untuk tumbuh ke depannya.
"Selain itu, kami perkirakan sektor kesehatan terus tumbuh positif dan kontribusinya terhadap produk domestik bruto secara nasional akan meningkat," kata Aestika kepada Katadata.co.id, beberapa waktu lalu.
Secara konsolidasi, penyaluran kredit BRI mencapai Rp 1.026 triliun hingga triwulan ketiga 2021 atau tumbuh 9,7 % dibandingkan periode sama tahun lalu. Sementara kredit yang disalurkan hanya melalui bank (bank only) senilai Rp 931,05 triliun atau tumbuh 6,1 % secara tahunan.
Kredit disalurkan BRI mayoritas di segmen mikro Rp 379,7 triliun per September 2021 atau tumbuh 15,5 % secara tahunan. Segmen lainnya yaitu usaha berskala medium dengan total Rp 201,1 triliun atau tumbuh 1,7 % secara tahunan.
Bank pelat merah lainnya, PT Bank Tabungan Negara Tbk memperkirakan kredit pada 2022 bisa naik 8 sampai 10 %. Segmen kredit yang disasar tentu kredit pemilikan rumah (KPR) sesuai fitrah BTN. "BTN tetap (fokus salurkan kredit) di perumahan, terutama KPR subsidi," kata Wakil Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu kepada Katadata.co.id.
Optimisme pertumbuhan kredit tersebut sejalan dengan tumbuhnya porsi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) tahun depan sebesar 40 %.
Dihubungi secara terpisah, Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo lebih optimistis menghadapi 2022. Pasalnya, berdasarkan perkiraannya, pertumbuhan kredit BTN bisa mencapai 9 hingga 11 %.
Selain didorong oleh KPR, Haru mengatakan, BTN juga menyalurkan kredit ke sektor korporasi. Fokusnya masih pada sektor perumahan, yaitu disalurkan pada pengembang (developer) berskala nasional.
"Selain itu, pertumbuhan juga diperkirakan berasal dari sektor infrastruktur yang disalurkan melalui kredit sindikasi," kata Haru kepada Katadata.co.id.
Berdasarkan laporan keuangan hingga triwulan ketiga 2021, BTN mampu salurkan kredit Rp 270,27 triliun atau tumbuh 6,03 % secara tahunan. Dari total tersebut, KPR subsidi mendominasi senilai Rp 129,97 triliun. Sementara KPR non-subsidi Rp 81,87 triliun.
Sementara, PT Bank Mandiri Tbk tidak menyebutkan target pertumbuhan kredit pada 2022. Meski begitu, kredit Bank Mandiri diharapkan tumbuh lebih baik dibandingkan tahun ini, di mana per September 2021 naik 7,7 % (bank only).
"Kami berharap kredit Bank Mandiri dapat tumbuh lebih baik di tahun depan mengikuti laju pertumbuhan GDP, serta seiring memulihnya kondisi perekonomian nasional," kata Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo kepada Katadata.co.id.
Menurut dia, ada sejumlah sektor ekonomi yang akan membaik seiring dengan meningkatnya mobilitas masyarakat dan membaiknya kondisi perekonomian nasional.
Sektor telekomunikasi, kesehatan, industri makanan & minuman, serta perkebunan kelapa sawit & CPO akan menjadi sektor-sektor yang akan bertumbuh di tahun depan. "Kami berharap kondisi pandemi Covid-19 akan semakin mereda dan ekonomi kembali pulih," kata Sigit.
Bank Mandiri sebenarnya mampu menyalurkan kredit mencapai Rp 1.021,6 triliun secara konsolidasi hingga triwulan ketiga 2021, tumbuh 16,93 % secara tahunan. Segmen wholesale masih menjadi motor penggerak kredit dengan peningkatan 7,93 % menjadi Rp 533 triliun.
Pada kesempatan lain, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) memperkirakan pertumbuhan kredit 2022 bisa mendekati dua digit alias mendekati 10 %. Pertumbuhan kredit sejalan dengan era suku bunga rendah yang diterapkan oleh Bank Indonesia saat ini, di mana bunga acuan di level 3,5 %.
Meski begitu, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan perbankan perlu mewaspadai potensi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve alias The Fed. Pasalnya, suku bunga The Fed diprediksi naik pada pertengahan tahun depan.
Dengan kenaikan suku bunga The Fed, membuat Bank Indonesia bisa ikut menaikan suku bunga acuannya. Karena suku bunga BI naik, turut berdampak pada biaya dana alias cost of fund industri perbankan.
Agar penyaluran kredit tetap bisa tumbuh, Royke berharap kebijakan relaksasi yang diberikan BI seperti giro wajib minimum (GWM) dan rasio intermediasi makroprudensial (RIM) bisa diperpanjang. "Agar bisa menekan biaya cost of fund perbankan," katanya dalam webinar pada Senin (22/11).
Dari sisi fungsi intermediasi, BNI menyalurkan kredit dengan total Rp 570,6 triliun hingga triwulan ketiga 2021. Kredit tersebut mampu tumbuh 3,7 % dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 550 triliun. Mayoritas kredit masih ditopang oleh sektor korporasi.
Berdasarkan data presentasi, BNI menyalurkan kredit ke perusahaan swasta Rp 175,9 triliun atau tumbuh 5,2 % dari Rp 167,2 triliun. Sementara penyaluran kredit kepada badan usaha milik negara (BUMN) totalnya Rp 104 triliun atau turun 7,1 % dibandingkan Rp 112 triliun.