Lima Bank Global Gabung Aliansi Bank Komersial Ramah Lingkungan

Dok. HSBC
HSBC, salah satu dari lima lembaga keuangan dunia yang bergabung dalam Aliansi Bank Komersial Ramah Lingkungan
Penulis: Lavinda
8/6/2022, 12.17 WIB

Lima lembaga keuangan dunia telah menjadi anggota utama Aliansi untuk Bank Komersial Ramah Lingkungan atau The Alliance for Green Commercial Banks. Kelima lembaga tersebut antara lain, Bank of China (Hong Kong), Citi, Crédit Agricole CIB, HSBC, dan Standard Chartered. 

Sebagai informasi, aliansi merupakan inisiatif global yang didirikan oleh International Finance Corporation (IFC), anggota kelompok Bank Dunia, dan lembaga pembangunan global yang berfokus pada sektor swasta di pasar negara berkembang. Cabang Aliansi Asia diluncurkan bersama pada 2020 dengan Hong Kong Monetary Authority-Otoritas Moneter Hong Kong (HKMA) sebagi pendiri dan jangkar regional pertama.

Inisiatif ini bertujuan untuk menyatukan sejumlah lembaga keuangan ramah lingkungan, lembaga penelitian, dan penyedia teknologi untuk mengkatalisasi inovasi keuangan, investasi infrastruktur, dan solusi bisnis di pasar negara berkembang. Hal ini dibutuhkan untuk mengatasi risiko iklim dan lingkungan, sekaligus memajukan pembangunan ekonomi berkelanjutan.

Alfonso Garcia Mora, Wakil Presiden Regional untuk Asia dan Pasifik di IFC mengatakan, bank-bank tersebut akan bekerja sama dengan IFC dan HKMA untuk mengadvokasi adaptasi klien terhadap strategi ramah lingkungan, mempromosikan praktik produk dan layanan ramah lingkungan, serta membuka peluang bisnis baru yang memungkinkan transisi ekonomi ramah lingkungan.

"Kelima lembaga keuangan dunia itu diketahui secara kolektif mewakili lebih dari US$7 triliun aset," ujar Alfonso dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (8/6).

Menurut dia, Asia adalah penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di dunia. Ini yang menjadikan pelepasan potensi investasi cerdas iklim di kawasan penting untuk mengatasi perubahan iklim. Dengan arus modal yang besar dari investor ke perusahaan besar dan usaha mikro, kecil, dan menengah di Asia, semuanya akan menjadi jauh lebih sadar dengan kebutuhan kritis untuk memainkan peran dalam transisi ramah lingkungan, keuangan ramah lingkungan, yang akan berperan besar dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan.

Menurut penelitian IFC, kota-kota di pasar negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik saja memiliki potensi untuk menarik US$18 triliun dalam investasi terkait iklim pada 2030, dalam segala hal mulai dari bangunan ramah lingkungan, energi terbarukan dan kendaraan listrik hingga transportasi umum.

Tak hanya itu, Aliansi juga memanfaatkan sumber dayanya untuk membantu lembaga keuangan dalam transisi ramah lingkungan dengan dukungan mitra unggulan. Hingga saat ini, tiga mitra global telah berkomitmen untuk menyumbangkan keahlian mereka, baik terkait inovasi, standarisasi, maupun akademis. Ketiga mitra tersebut antara lain, The Carbon Trust, The Institute of Public & Environmental Affairs, dan Cabang Sumber Daya dan Lingkungan dari China National Institute of Standardization, serta knowledge partners, University of Chicago.

Selain itu, Aliansi bekerja sama dengan Institut Riset Moneter dan Keuangan Hong Kong, cabang penelitian dari Akademi Keuangan Hong Kong meluncurkan makalah pertama yang berjudul “Risiko Iklim: Definisi, Pengukuran, Praktik Saat Ini, dan Pengawasan Regulasi”.

Makalah ini bertujuan untuk menjadi acuan tentang risiko iklim dan pengaruhnya terhadap industri jasa keuangan bagi audiens di Asia dan internasional. Makalah ini juga memberi gambaran umum tentang definisi dan pengukuran risiko iklim, serta eksplorasi praktik yang berkembang dalam hal penanganan risiko iklim, menyoroti inisiatif peraturan terkait masalah iklim.