Bank Indonesia (BI) masih terus melakukan kajian terkait mencari formula yang tepat untuk penerbitan mata uang digital bank sentral (CBDC), rupiah digital. Hal ini untuk menghindari salah langkah yang justru berisiko buruk ke sistem keuangan.
"Dalam diskusi side event G20 dibahas memang ada risiko kalau salah desain sedikit, maka sistem keuangannya makin goyah," kata Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Ryan Rizaldy kepada wartawan di Nusa Dua, Bali, Selasa (12/7).
"Maka kita kembali ke prinsipnya, kita tidak ingin saat CBDC ini keluar justru mengganggu sistem keuangannya, pertanyaannya, desainnya harus bagaimana? itu yang sedang coba kita coba jawab," tambahnya.
Dana Moneter Internasional (IMF) sebelumnya juga memperingatkan risiko penerbitan mata uang digital ini terhadap sistem keuangan. Keberadaan CBDC bisa mempengaruhi penurunan dana nasabah yang disimpan di perbankan karena nasabah beralih ke mata uang digital.
Risiko lainnya yakni beralihnya minat nasabah kepada mata uang digital asing seiring adanya rencana untuk integrasi mata uang digital antarnegara. Hal ini karena CBDC didesain berharga murah dan mudah dimiliki, sehingga orang bisa dengan mudah mengakses mata uang digital asing.
"Anda bisa memiliki substitusi yang sangat cepat ke mata uang asing, saat hal itu terjadi, sangat sulit untuk kembali," kata Division Chief Monetary and Capital Markets Department IMF Tommaso Mancini Griffoli dalam acara Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) 2022, Selasa (12/7/2022).
Bank for International Settlement (BIS) pada April lalu juga sempat memperingatkan bahwa penerbitan mata yang digital perlu memperhatikan risiko. Penerbitan CBDC juga harus memperhatikan dari sisi rendahnya tingkat literasi keuangan dan digital, tantangan operasional, termasuk keamanan siber.
"Reformasi kebijakan juga harus mencegah disintermediasi, bahaya bahwa uang akan disimpan dalam jumlah besar di dompet CBDC, bukan sebagai deposito di bank komersial, sehingga tidak tersedia untuk pinjaman (seperti hipotek) dan tujuan produktif lainnya," kata BIS.
Bank sentral juga harus mempertimbangkan bahwa CBDC dirancang untuk menyamakan kedudukan. Nasabah perlu diberi kemampuan untuk kontrol atas data transaksi mereka dan kemampuan untuk membaginya dengan penyedia layanan keuangan yang lebih luas. Kekhawatiran yang berkembang tentang privasi data dapat diatasi dengan memasang perlindungan data pribadi ke dalam struktur CBDC.
Pembuat kebijakan perlu mempertimbangkan apakah akan memberikan akses langsung ke konsumen atau menggunakan model perantara murni yang menawarkan dompet digital CBDC melalui bank atau penyedia layanan keuangan non-bank.
Dialog, penelitian, dan uji coba perlu banyak digelar untuk menunjukkan bagaimana CBDC dapat menjadi mesin inklusi keuangan terbaik.