Laba Bersih BNI Meroket 76,8% Jadi Rp 13,7 T Kuartal III 2022

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/tom.
Seorang karyawan menghitung uang nasabah di Kantor Cabang BNI Jakarta Pusat, Jumat (27/5/2022).
Penulis: Lavinda
24/10/2022, 17.11 WIB

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI membukukan laba bersih Rp 13,7 triliun pada kuartal III 2022, atau melonjak 76,8% dari capaian laba bersih periode yang sama tahun lalu, Rp 7,77 triliun. Hal ini dianggap dapat memperkuat fondasi perusahaan dalam menghadapi tantangan ekonomi global ke depan.

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, perusahaan mengantongi keuntungan bersih yang signifikan meskipun menerapkan strategi fungsi intermediasi selektif. 

Berdasarkan laporan keuangan kuartal III 2022, BNI membukukan kredit Rp 622,61 triliun atau tumbuh 9,1% dalam perhitungan tahunan (Year on Year/YoY) dengan fokus pada segmen berisiko rendah, debitur di level atas atau top tier di setiap sektor industri prospektif, serta pemenang di masing-masing daerah.

"Diharapkan, eksposur kredit berkualitas tinggi berdampak pada perbaikan kualitas kredit dalam jangka panjang," katanya dalam Paparan Publik Kinerja Keuangan Kuartal III 2022, Senin (24/10). 

Wakil Direktur Utama BNI, Adi Sulistyowati memaparkan, kinerja pertumbuhan kredit pada kuartal III 2022 didorong oleh kredit korporasi swasta yang mencapai Rp 211,9 triliun atau tumbuh 20,4% YoY, selanjutnya diikuti oleh segmen komersial besar yang tercatat sebesar Rp 49,4 triliun tumbuh 22,3% YoY. 

Pada segmen kecil, pertumbuhan terutama pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) tercatat sebesar Rp 51,3 triliun atau naik 24,3% YoY, sedangkan untuk segmen konsumer mencapai Rp 106,9 triliun atau naik 11,3% YoY, dengan pertumbuhan terutama pada produk pembiayaan berbasis penghasilan atau payroll loan

Sebagai penopang pertumbuhan kredit, BNI mengandalkan pendanaan terutama dari dana murah yang berasal dari tabungan dan giro atau Current Account Savings Account (CASA). Rasio CASA BNI mencapai 70,9% dari total dana pihak ketiga (DPK). Angka ini diklaim sebagai pencapaian yang tertinggi dalam beberapa tahun terakhir ini.

Dengan performa tersebut, pendapatan bunga bersih atau Net Interest Income BNI tumbuh 5,2% YoY menjadi Rp 30,2 triliun. Sementara itu, pendapatan non-bunga bersih atau Non-Interest Income juga tumbuh 7,8% YoY menjadi Rp 11 triliun, didorong oleh transaksi digital dan biaya dari bisnis sindikasi, sehingga BNI mencetak pendapatan operasional sebelum pencadangan atau Pre-Provisioning Operating Profit (PPOP) sebesar Rp 25,8 triliun atau meningkat 9,7% YoY. 

Royke mengapresiasi pencapaian kinerja keuangan perusahaan di tengah berbagai tantangan ekonomi global maupun domestik.

"Kondisi eksternal pada kuartal tiga ini tergolong menantang, dipicu oleh eskalasi tensi geopolitik sehingga menciptakan sejumlah risiko baru di tengah efek pandemi Covid-19 yang mulai mereda," katanya. 

Adi Sulistyowati yang akrab disapa Susi menuturkan, perkembangan kinerja BNI hingga kuartal ketiga juga didukung oleh tingkat permodalan yang kuat dan likuiditas yang memadai. Hal ini tercermin dari rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) yang berada di level 18,9% dan rasio deposito terhadap pembiayaan atau Loan to Deposit Ratio (LDR) yang berada pada posisi 91,2%.  

“Selain itu, Liquidity Coverage Ratio (LCR) berada di 193% dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) berada di 124% yang menunjukkan BNI memiliki kecukupan likuiditas untuk mendukung pertumbuhan bisnis,” katanya. 

Dari sisi kualitas aset, Susi menyebutkan, Loan at Risk (LAR) menurun signifikan dari 25,2% pada September 2021 menjadi 19,3% pada September 2022, terutama karena menurunnya jumlah kredit restrukturisasi pandemi Covid–19. 

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail